, ,

Drama 4 Pemain - TANDA SILANG

[ Jumat, 04 Maret 2011 | 0 komentar ]
(WHERE THE CROSS IS MADE)
Karya : EUGENE O’NEILL
Saduran : W.S. RENDRA
Dramatic Personae
DARPO Anak Kapten
KAPTEN Ayah Darpo
NANI Adik Darpo
DOKTER
Kabin Kapten, sebuah kamar yang dibangun sebagai tempat peninjauan di puncak rumah Kapten itu, yang terletak di tanah yang meninggi, di salah satu tempat di sebelah utara pulau jawa. keadaan di dalam kamar ini diatur seperti di dalam sebuah cabin seorang Kapten di sebuah perahu layar yang besar. di dinding kiri kedepan, terdapat sebuah jendela kapal yang bundar. lebih ke belakang, terdapat tangga ke atas yang seolah-olah jalan menuju dek. jauh ke belakang lagi, terdapat dua buah jendela bundar, di kiri belakang terdapat ebuah buffet yang mukanya dari pualam dan di atas buffet terdapat lentera kapal. di tengah belakang, di lantai, terdapat sebuah lubang pintu, di atas tangga yang menuju ke ruang bawah. sebuah dipan rendah dan ringan membujur dari dinding sampai ke kanan pintu itu. di atas dipan terdapat sebuah selimut, di dinding sebelah kanan terdapat dua buah jendela bundar. persis di bawah jendela itu, terdapat bangku kayu, dan di depannya terdapat sebuah meja panjang dengan kursi bersandaran lurus., ke depan dan di kirinya permadani yang murah dan berwarna gelap terhampar di lantai. di atas. di atap, tengah-tengah terdapat sebuah jendela yang membujur dari tempat lubang pintu sampai ke sisi kiri meja. di sebelah kanan atap meja itu terdapat sebuah kompas kapal, lampu tempat kompas menyinari tempat ini dari atas, sedang terus ke bawah ke kamar, sambil membuat bayangan bundar yang kabur dari kompas itu di atas lantai.

Waktu itu adalah jam-jam permulaan dari sebuah malam terang dan berangin, di musim kemarau cahaya bulan di saring oleh angin yang meratap membentur pojok rumah yang kukuh. merambat pelan dengan lesu menembus kaca jendela-jendela bundar dan istirahat seperti debu yang lelah, merupakan lingkaran-lingkaran terang di atas lantai dan meja. bunyi pukulan ombak yang tetap, menyergap dan menjauh terbawa ke atas dari pantai di bawah.

Sesudah layar dibuka, pintu di belakang terbuka pelan-pelan dan tampak muncul kepala dan bahu Darpo. ia melemparkan pandang dengan cepat ke sekeliling kamar, dan setelah tidak melihat siapapun di situ, ia terus naik dan masuk. ia memberikan tanda pada seseorang di tempat gelap, di bawah “mari Dokter”. Dokter itu mengikuti ke atas, ke kamar dan setelah menutupkan pintu ia berdiri, menengok ke sekeliling dengan penuh perhatian. ia sedikit kurus dan tingginya sedang, tampangnya tampang orang pandai dan umurnya kira-kira tiga puluh lima, Darpo sangat tinggi dan rusak. lengan kanannya telah terpotong, hingga bahu dan lengan jaketnya yang tebal. tergantung lesu atau melambai-lambai di samping badannya apabila ia bergerak. tampaknya ia lebih tua dari umur yang sebenarnya, pundaknya luruh seolah-olah kecapaian mengangkat kepalanya yang berat oleh beban rambut hitam yang kusut. mukanya panjang. bertulang. pucat dengan mata hitam yang dalam, mulut lebar tipis dengan diteduhi oleh seberkas kumis tebal yang tak terpelihara. suaranya rendah dan dalam, kosong dan merasuk seperti suara logam, disamping itu ia memakai celana tebal dan kasar dengan bersepatu karet untu tenis.
DARPO
Tuan Dokter dapat melihat?
DOKTER (dengan suara dibikin-bikin biasa dan menyembunyikan tak enak yang dikandungnya).
Ya cukup terang, jangan susah. Bulan purnama sangat benderang.
DARPO
Untung juga, (berjalan pelan-pelan ke meja) Ia tidak suka terang akhir-akhir ini. Hanya sinar dari tempat kompas itu.

DOKTER
Ia? Oh… maksud saudara ayah saudara?
DARPO (kasar)
Siapa lagi?
DOKTER (sedikit heran, menengok ke sekeliling dengan sedikit malu)
Saya kira semua ini dimaksudkan seperti cabin sebuah kapal, ya?
DARPO
Ya, seperti yang sudah saya peringatkan sebelumnya.
DOKTER (heran)
Diperingatkan? Mengapa diperingatkan? Saya kira rekaan ini tidak mengejutkan, malah cukup menarik.
DARPO (penuh maksud)
Menarik, ya mungkin.
DOKTER
Dan ia tinggal di sini, seperti kata saudara, tidak pernah turun.
DARPO
Tidak, tidak pernah turun, sudah hampir tiga tahun. Adik perempuan saya yang membawakan makanan ke atas. (ia duduk di kursi kiri meja) Ada lentera-lentera di atas buffet itu dokter. Tolong bawakan ke sini dan silahkan duduk. Kita terangi saja kamar ini. Saya minta maaf karena telah membawa tuan ke kamar di atap ini, tapi percayalah, takkan seorangpun bisa mendengar kita di sini. Dan dengan melihat cara hidupnya yang gila dengan mata kepala tuan sendiri, tuan akan mengerti bahwa saya ingin tuan tahu hal yang sebenarnya, tidak lebih dari itu, kebenaran dan untuk itu lentera sangat penting. Tanpa itu di kamar ini semua hanya menjadi impian-impian, Dokter.
DOKTER (dengan senyum lega membawa lentera)
Sedikit angker di sini.
DARPO (tampaknya tak memperhatikan)
Ia tidak akan melihat cahaya ini. Matanya terlalu sibuk, kearah jauh sana (ia mengayuhkan tangan kirinya membuat isyarat menuding ke laut) Dan bila ia melihatnya, biar saja ia turun. Tuan toh harus menemuinya sekarang atau nanti (ia menggoreskan korek menyalakan lentera)
DOKTER
Dimana dia?
DARPO (menunjuk ke atas)
Di atas, di geladak. Silahkan duduk bung… dia tidak akan turun.
DOKTER (duduk dengan agak hati-hati di atas kursi di depan meja)
Jadi ia punya atap yang sangat sempurna seperti kapal?
DARPO
Ya, seperti yang sudah saya ceritakan pada tuan, seperti dek. Ada kemudi, kompas, tempat kompas berlampu, tangga ke dek sana (ia menuding), jembatan yang bisa dibuat jalan-jalan hilir mudik semalam suntuk. (dengan keras yang mendadak) Sudah saya katakan bukan, kalau dia gila?
DOKTER (dengan lagu orang pandai)
Itu bukan sesuatu yang baru. Saya sudah mendengar seluruhnya tentang dia sejak saya pertamakali datang ke rumah sakit gila di sana. Saudara bilang ia hanya jalan-jalan di malam hari saja, di atas sana?
DARPO
Ya, hanya di malam hari. (penuh kebencian) Barang yang ingin dilihatnya tak bisa dibayangkan siang hari-impian dan semacam itu.
DOKTER
Tapi apa yang ia coba untuk dilihatnya? Apa ada orang yang tahu?
DARPO (kasar)
Apa? Semua orang tahu apa yang dicari bapak, tuan. Tentu saja kapal.
DOKTER
Kapal apa?
DARPO
Kapal bapak, Marlini – yang diberi nama seperti nama ibu saya almarhum.
DOKTER
Tapi saya tidak mengerti, apa kapalnya terlambat pulang atau bagaimana?
DARPO
Tenggelam dalam badai di sekitar kepulauan Sampa dengan segala muatan dan penumpangnya. Tiga tahun yang lalu.
DOKTER (terpesona)
Ah.. (sesudah berhenti sejenak) Tapi ayah saudara masih tetap meragukan?
DARPO
Seorang kapten kapal pencari mutiara melihat kapal bapak nungging, hancur seluruhnya. Itu terjadi dua pekan sesudah badai. Mereka menghampirinya dengan perahu untuk memastikan kapal siapa yang hancur itu.
DOKTER
Dan ayah saudara telah mendengarnya?
DARPO
Tentu saja, ia orang pertama yang mendengar berita itu. Oh… apabila tuan ingin tahu, ia tahu betul tentang apa yang terjadi pada kapalnya. (menjulur ke arah Dokter, dengan tajam) Ia tahu dokter, ia tahu, tapi ia tidak mau percaya… Ia tak bisa percaya dan terus hidup begitu.
DOKTER (tak sabar)
Saudara Darpo, mari kita langsung ke soal pokok saja. Saudara membawa saya ke sini tiak untuk menambah mempergelap duduk perkaranya, bukan? Marilah kita bicarakan kebenarannya, seperti sudah saudara katakan tadi. Saya akan membutuhkannya untuk memperlakukan ayah saudara dengan simpatik apabila kami sudah membawanya ke rumah sakit gila.
DARPO (dengan kuatir, merendahkan suara)
Dan tuan akan datang malam ini dengan pasti bukan?
DOKTER
Dua puluh menit setelah saya meninggalkan tempat ini, saya akan balik lagi dengan mobil. Saya janji itu.
DARPO
Dan tuan tahu jalan ke rumah kami bukan ?
DOKTER
Tentu saja saya tahu, tapi….
DARPO
Pintu depan akan dibiarkan terbuka untuk tuan, tuan harus langsung naik ke atas Adik perempuan saya dan saya akan sudah berada di sini nanti. Dengan dia. Dan tuan tahu, tak seorangpun diantara kita tahu menahu dalam soal ini. Maksud saya seolah-olah ini bukan atas anjuran saya. Hal ini bukan kemauan saya, tapi kemauan orang lain. Ia sama sekali jangan sampai tahu, bahwa…
DOKTER
Ya,,, ya,,,, Tapi saya masih belum tahu, apakah ia berhaya?
DARPO
Tidak, tidak… ia selalu sangat tenang, tapi mungkin ia berbuat sesuatu apa saja, bila ia tahu bahwa…
DOKTER
Percayalah, saya takkan membuka mulut tentang itu, tapi saya akan membawa 2 orang pembantu untuk menjaga kalau-kalau…. (ia merubah lagu suaranya dan kemudian melanjutkan dengan terang-terangan). Dan saudara tahu kebenaran cerita ini, mudah-mudahan saudara tidak keberatan menceritakannya.
DARPO (menggelengkan kepala penuh perasaan).
Ada hal-hal yang sebenarnya . yah, ini dia sekarang : pokok soal. Ayah adalah seorang kapten kapal pengangkut kopra, sebagaimana ayahnya, yaitu kakek saya. Pelayaran terakhir yang dibuatnya kira-kiratujuh tahun yang lalu. Menurut rencana ia akan berlayar 2 tahun. Tapi ternyata perpisahan kami menjadi 4 tahun. Kapalnya telah terdampar di lautan teduh. Ia dan enam orang lainnya, berusaha mencari pulau kecil, sebuah pulau tandus seperti neraka. Dokter, sesudah tujuh hari berlayar diatas biduk kecil yang tak beratap, anak buah lainnya tak ada beritanya sampai sekarang lenyap ditelan hiu. Dan diantara enam orang yang mengikuti ayah mencari pulau hanya empat orang saja yang hidup, waktu sebuah perahu dari Hawaii menolong mereka. Empat orang ini, akhirnya bisa pulang juga ke Jawa. (dengan penuh tekanan). Mereka itu adalah ayah, Ilyas, Karto, dan Kanaka. Tak lebih dari empat orang. (tertawa dibikin-bikin). Itulah kebenaran bagi tuan. Cerita ayah waktu ditulis orang disurat kabar.
DOKTER
Tapi bagaimana halnya dengan ketiga orang lainnya di pulau itu?
DARPO (dengan kejam).
Mungkin mati kapiran…, mungkin edan terjun ke laut… begitu cerita yang kami dengar, namun ada pula bisikan yang kami dengar, bahwa mereka dijagal dan dimakan, barangkali… tapi yang terang hilang- punah, itu tak bisa dibantah lagi. Itulah kebenaran Dokter. Lain dari itu—siapa tak dan kenapa dipusingkan benar?
DOKTER (penuh kengerian).
Saya kira itu perlu dipusingkan, betul perlu.
DARPO (ganas).
Kita berbicara tentang kebenaran Dokter. (tertawa). Dan ini ada beberapa kebenaran lagi untuk tuan. Ayah membawa ketiga orang itu kemari, ke rumah ini ; Ilyas, Karto, dan Kanaka. Kami hampir-hampir tak mengenal ayah lagi. Ia telah pergi ke neraka dimana kami menyaksikannya. Rambutnya telah putih, tapi tuan akan segera melihatnya sendiri, segera. Dan yang lain, mereka sedikit sinting juga, - - katakan saja edan. (tertawa lagi). Kebenaran yang sangat terlalu, Dokter. Mereka meninggalkan tempat itu dan impianpun dimulai.
DOKTER (bimbang).
Tampaknya, cukup sekian kebenaran cerita itu.
DARPO
Tunggu (dengan sengaja memulai lagi). Pada suatu hari ayah memanggil saya didepan orang-orang itu menceritakan impiannya. Saya menjadi ahli waris dari rahasia itu. Pada hari kedua mereka tinggal di pulau itu, katanya, mereka menemukan sebuah perahu tersembunyi di dalam sebuah teluk, perahu itu kepunyaan bangsa bumi putra yang telah hancur, rapuk dan penuh air. Sebuah perahu perang yang biasa digunakan oleh para perompak. Tuhan juga yang tahu, berapa lama sudah perahu itu membusuk. Tuhan juga yang tahu apakah anak buahnya telah musnah, karena di pulau itu tak ada tanda orang pernah menginjaknya. Lalu Kanaka pergi ke perahu itu, ia sangat betah menyelam, seperti orang telah tahu dan di dalam dua buah peti ia menemukan….. (ia menyandarkan badannya ke kursi dan tersenyum dengan penuh ironi). Coba terka ; apa Dokter?
DOKTER (dengan jawaban penuh senyum).
Tentu saja harta.
DARPO (menjulur ke depan dan menudingkan jarinya secara menuduh).
Tuan lihat, akar kepercayaan tertanam juga pada tuan. (bersandar lagi dengan gelak ditahan). Ah, ya. Harta, tentu saja, apa pula kalau bukan? Ia membawa harta itu keatas daratan dan selebihnya, bisa tuan terka juga ; intan berlian, zamrud, manikam, perhiasan, tak terbatas, tentu saja. Kenapa sebuah mimpi mesti dibatasi? Hahahahaha… (tertawa sardonis, seolah mengejek dirinya sendiri).
DOKTER (sangat tertarik).
Lalu…?
DARPO
Mereka lalu mulai gila, lapar, dahaga dan sebagainya, dan mereka mulai lupa. Mereka telah melupakan banyak hal dan barang kali untung bagi mereka karena berlupa. Tapi, ketika ayah insyaf akan apa yang terjadi pada mereka, begitu katanya ; bahwa selagi mereka sadar sebaiknya mereka – terka lagi sekarang, Dokter. Hahahahaha….

DOKTER
Menanam harta itu?
DARPO (penuh ironi).
Gampang bukan? Hahaha… lalu mereka membuat peta dengan arang kayu. Impian yang itu-itu juga dan ayah menyimpan peta itu. Segera sesudah itu mereka dijemput orang dalam keadaan edan seperti binatang, oleh beberapa orang Hawaii, sebagaimana sudah saya ceritakan… (menghentikan suara ejekannya, .. kemudian mencoba tenang, bicara dengan lagu sadar lagi). Tapi peta itubukan impian Dokter. Sekarang kita kembali pada kebenaran. (membentangkan peta di meja).
DOKTER (mengulurkan lehernya penuh perhatian).
Gila betul… ini sangat menarik. Harta itu saya kira terletak di…..
DARPO (menuding kertas).
Di tempat tanda silang.
DOKTER
Dan ini tanda tangan- tanda tangannya, o… begitu? Dan gambar ini?
DARPO
Tanda tangan Kanaka, ia tidak bisa menulis.
DOKTER
Dan yang terbawah ini tanda tangan saudara bukan?
DARPO
Ya, sebagai ahli waris dari rahasia. Kami semua menandatanganinya, pada pagi-pagi hari, ketika kapal Marlini yang diperbaiki ayah dengan cara menggadaikan rumah ini. Pergi berlayar untuk mengambil harta itu. Hahahaha….
DOKTER
Kapal yang masih dinantikannya, yang sudah tenggelam tiga tahun yang lalu?
DARPO
Ya, Marlini…. Ketiga orang lainnya itu ikut berlayar. Hanya ayah dan Ilyas yang tahu agak tepat tentang perjalanan di pulau itu, dan juga saya sebagai ahli waris. Kira-kira…. (bimbang, lalu mengerutkan dahinya). Tak apa, saya akan menyimpan rahasia edan itu. Ayah pada waktu itu ingin pergi bersama mereka, namun ibu sakit keras. Dan saya tak berani pergi sendirian.
DOKTER
Jadi saudara ingin pergi? Kalau begitu saudara percaya akan adanya harta itu?
DARPO
Tentu saja. Hahaha… bagaimana mungkin saya mencegahnya? Saya percaya sampai saat kematian ibu. Lalu ayah menjadi gila, ia membangun kabin kapal ini untuk menanti dan ia curiga karena saya semakin bimbang. Akhirnya, sebagai bukti terakhir, supaya saya tidak bimbang lagi, ia berikan kepada saya sebuah benda yang telah lama ia sembunyikan terhadap anak buahnya. Sebuah contoh kekayaan dari harta itu. Hahahaha… lihatlah Dokter (dari sakunya mengambil sebuah gelang yang berat, tebal bertahtakan batu-batuan dan melemparkannya ke atas meja di depan lentera).
DOKTER (memungutnya dengan rasa ingin tahu dan berkata seolah-olah pada dirinya sendiri).
Permata tulen?
DARPO
Hahaha…. Tuan ingin percaya juga, bukan. Batu murah dan logamnya pun kuningan perhiasan orang-orang Samoa.
DOKTER
Saudara sudah menelitinya?
DARPO
Yah, seperti orang tolol. (menyimpan kembali gelang, kemudian menggelangkan kepala seolah hendak melemparkan sesuatu beban).sekarang tuan tahu, kenapa ia menjadi gila. Ya, karena menunggu kapal itu. Dan kenapa pada akhirnya saya minta pada tuan untuk membawanya pergi ke tempat yang aman baginya. Rumah ini, yang dulu digadikan untuk memperbaiki kapal itu, sekarang sudah sampai pada batas waktunya. Kami harus segera pindah. Adik perempuan saya dan saya. Kami tak bisa membawa ayah, adik perempuan saya akan segera menikah. Mungkin dengan jauh dari pemandangan laut ayah akan….
DOKTER (sambil lalu)
Mari kita harapkan yang baik-baik saja. Dan saya menghargai tindakan saudara. (ia bangkit dan tersenyum) Terima kasih untuk cerita yang menarik itu, saya tahu bagaimana cara menghiburnya bila ia mengigau tentang harta itu.
DARPO (muram)
Ia selalu tenang, terlalu tenang. Ia hanya berjalan hilir mudik saja menanti…
DOKTER
Nah, aya harus pergi. Apakah menurut pertimbangan saudara betul-betul tepat mengambil ayah saudara malam ini juga?
DARPO (membujuk)
Ya, Dokter. Para tetangga itu, mereka memang jauh, tapi… demi kebaikan adik perempuan saya, ah… Tuan tentu mengerti.
DOKTER
Saya mengerti. Tentu sangat berat bagi adik perempuan saudara. Hal macam begini… Nach… (ia pergi ke pintu yang telah lebih dahulu dibukakan Darpo) Saya akansegera kembali. (ia mulai turun keluar)
DARPO (sungguh-sungguh)
Jangan ampai gagal, Dokter, dan datanglah langsung ke atas ia akan ada di sini. (ia menutup pintu dan bersijingkat denga hati-hati ke tangga dek. ia naik beberapa tapak dan mendengarkan satu suara dari atas. lalu pergi ke meja. meredupkan lampu lentera hingga sangat redup dan duduk. memperistirahatkan sikutnya, dagunya diletakkan di atas tangannya dan menatap ke muka dengan pandangan yang muram. pintu di belakang terbuka perlahan-lahan, pintu berdenyit dan Darpo terloncat dari duduknya. dengan suara ketakutan yang tertelan) siapa itu? (pintu terbuka lebar-lebar, kelihatan Nanti. ia naik ke kamar dan menutupkan pintu itu kembali. Nanti, tinggi semampai, berumur dua puluh lima. bermuka pucat dan sedih, muka ini diteduhi oleh rambut yang hitam pekat an lebat. hanya rambut yang hitam inilah, satu-atunya warna yang menghiasi dirinya. bibirnya yang penuh itu pucat, warna matanyayang lebar dan cerdik itu, sudah mengabur antara hitam dan coklat. suaranya rendah dan melakoli. ia memakai gaun putih dan sandal).
NANI (berdiri dan menatap kakakny dengan pandangan menuduh)
Cuma saya. Apa yang kamu takutkan?
DARPO (membuang pandang dan kembali terbenam ke kursinya) Tidak apa-apa. Saya tidak tahu, saya kira ada tamu di dalam kamarmu.
NANI (datang ke meja)
Saya sedang membaca, lalu saya dengar orang turun tangga dan pergi keluar. Siapa itu? (dengan kekuatiran yang mendadak) Bukan ayah kan?
DARPO
Bukan. Ia ada di atas, menanti,seperti biasa kerjanya.
NANI (duduk, mendesak)
Siapa tadi?
DARPO (menghindar)
Lelaki. Kenalan saya!
NANI
Lelaki bagaimana? Orang apa dia? Kau menyembunyikan sesuatu,katakan.
DARPO (menatap dengan menantang)
Seorang Dokter.
NANI (terkejut)
Ohh.. (dengan terkaan yang cepat) Kau bawa ke sini supaya saya tidak tahu.
DARPO(bersikeras)
Tidak. Saya bawa kemari supaya dapat melihat kebenaran, untuk saya tanyai sesuatu tentang ayah.
NANI (seolah takut akan jawaban yang didapatnya dari Darpo)
Apakah ia dokter dari rumah sakit gila? Oh Darpo. Kau kan tidak…
DARPO (menyela dengan serak)
Tidak, tidak… Diamlah kau.
NANI
Ini adalah…, adalah kengerian yang terakhir.
DARPO (menantang)
Kenapa? Kau selalu bilang begitu. Apalagi yang lebih ngeri kalau hal ini terus di diamkan? Saya percaya, akan lebih baik bagi dia, apabila dia pergi dimana dia tidak melihat laut lagi. Dia akan melupakan pikirannya yang gila; menunggu kapal yang telah tenggelam dan harta yang tidak pernah ada. (seolah menyakitkan dirinya sendiri dengan bernafsu) Saya percaya ini…
NANI (menyerang)
Tidak, kamu tidak percaya Darpo. Kau tahu bahwa ia akan mati jika tidak hidup di dekat laut lagi.
DARPO (pahit)
Dan kau tahu Umar akan menuntut uangnya? Apa itu bukan apa-apa? Kita tak bisa bayar. Ia kemarin datang dan berunding dengan saya, ia sadar bahwa rumah ini sudah dapat disitanya,dari sudut apapun. Caranya bicara kita ini seakan-akan penyewa saja, laknat dia itu. Dan dia bersumpah akan segera menyita rumah ini, kecuali kalau…
NANI (ingin tahu)
Apa?
DARPO (dengan suara berat)
Kecuali kalau… ayah… dibawa pergi dari sini.
NANI (sedih)
Oh… Tapi mengapa, mengapa? Baginya ayah itu apa?
DARPO
Harga barang miliknya, rumah kita ini, yang sebenarnya sudah jadi milik umar. Para tetangga takut, mereka balik ke perumahan mereka dari kota, melewati jalan itu di waktu malam. Mereka melihat ayah di atas atap berjalan hilir mudik melambai-lambaikan tangannya ke langit. Mereka takut, mereka mengeluh, mereka bilang, untuk kebaikan ayah sendiri, ia harrus dibawa pergi. Bahkan mereka mulai berbisik kalau rumah ini berhantu. Si Umar takut akan barang miliknya, rumahnya ini. Ia kawatir, ayah akan membakar rumah ini, atau melakukan hal-hal yang membahayakan…
NANI (putus asa)
Tapi kau katakan pada Umar bahwa pikiran itu tolol sekali, bukan? Bahwa ayah selalu tenang-tenang saja?
DARPO
Apa gunanya mengatakan, apabila mereka percaya, apabila mereka takut? (Nanti menutup muka dengan tangannya, berhenti sejenak, Darpo bergumam dngan serak) Saya sendiri juga takut, berulang kali takut…
NANI
Oh.. Darpo, takut apa?
DARPO (kejam)
Takut dia dan laut yang selalu diteriakinya. Takut pada laut yang laknat, yang selalu dipaksakan kepadaku ketika aku masih bocah, laut yang merampas tanganku dan menjadikan aku barang rusak tak berharga.
NANI (memohon)
Kau tidak bisa menyalahkan ayah atas nasibmu yang malang.
DARPO
Kenapa tak bisa? Ia keluarkan saya dari sekolah dan memaksa saya untuk ikut dengan kapalnya, buka? Apa akan jadinya saya sekarang, kecuali pelaut sombong macam dia, bila dia berhasil memaksa saya? Tidak, saya tidak bisa menyalahkan laut yang menggagalkan maksud ayah dengan merampas tanganku dan mendamparkan saya kedaratan sebagai tambahan korbannya lagi.
NANI (sambil tersedu)
Kau pahit, Darpo, kau kejam. Hal itu sudah lama terjadi. Mengapa tidak bisa kau lupakan?
DARPO (pahit)
Lupa? Asal omong saja. Kalau Tomo sudah pulang dari berlayar kau akankawin dengan dia dan meninggalkan kehidupanmu yang biasa. Lalu menjadi istri kapten seperti halnya ibu kita. Saya harap saja kau bahagia.
NANI (memohon)
Dan kau akan tinggal bersama kami, Darpo dan ayah, lalu…
DARPO
Apa? Apa kau akan membebani suamimu yang muda itu dengan orang gila dan orang buntung macam saya? (keras dan kejam) Tidak, saya tidak (penuh dendam) Dan ia juga tidak (tiba-tiba ada maksud lain, berkata dengan sadar) Saya harus tinggal di sini. Bukuku sudah tiga perempat jadi, buku yang akan membebaskan saya. Tapi saya tahu, saya merasa seyakin saya hidup dan berdiri di depanmu ini, bahwa saya harus menyelesaikannya di sini. Tak bisa kelihatan hidup bagiku di luar rumah ini, di mana saya di lahirkan. (menatap adiknya dengan tajam) Jadi saya akan tetap di sinimenjauhi neraka. (Nanti tersedu putus asa; sesudah diam sebentar Darpo meneruskan) Si umar, mengatakan saya boleh tinggal di sini, menumpang tanpa membayar, sebagai penjaga rumah, bila…
NANI(dengan ngeri, seperti gema yang dibisikkan)
Bila?
DARPO (menatap adiknya, dengan suara bunuh diri)
Bila saya bawa pergi ia dari sini, di mana ia tidak lagi membahayakan dirinya dan orang-orang yang lain.
NANI (dengan kengerian dan kejijiKAN)
Tidak, jangan Darpo, demi ibu kita almarhum.
DARPO (membela diri)
Apa saya bilang sudah? Mengapa kau memandang saya begitu?
NANI
Darpo, jangan. Demi ibu kita almarhum.
DARPO (kacau)
Diamlah, diam… Ibu telah mati dan telah damai. Apakah nyawanya yang telah akan kau panggil lagi padanya untuk diremuki dan dilukai?
NANI
Darpo…
DARPO (mencengkram tenggorokkannya seolah menahan sesuatu dalam dirinya, bersuara serak)
Nani… Nani… Ampuni saya (adiknya menatap dengan firasat yang tak enak. sementara Darpo menenangkan dirinya dengan susah payah. kemudian melanjutkan omongannya dengan sadar) Si Umar bilang, ia akan memberikan uang 20.000, bila saya mau sekalian menjual rumah ini kepadanya dan ia akan membolehkan saya tinggal, bebas sewa sebagai penjaga.
NANI (menghina)
Dua puluh ribu? Itu kan malah jumlah yang lebih besar dari gadai rumah ini.
DARPO
Soalnya bukan perbandingan. Solanya, apa yang bisa saya dapat kontan, untuk bukuku, untuk kemerdekaanku.
NANI
Jadi itulah sebabnya ia menginginkan ayah pergi? Bangsat dia… Ia tentu tahu surat warisan ayah…
DARPO
Ya, bahwa rumah diwariskan pada saya. Ia tahu, saya ceritakan kepadanya.
NANI (sedih)
Betapa kejinya lelaki itu.
DARPO (membujuk)
Seandainya hal itu terjadi, seandainya… saya akan berikan separohnya buat kau, untuk biaya kawinmu dan itu sudah cukup adil.
NANI (kalap)
Uang haram… Kau kira saya mau menyentuhnya?
DARPO (membujuk)
Itu kulakukan untuk adilnya, saya akan mau membaginya pada kau.
NANI
Ya, Allah, Darpo… Apa kau mencoba menyuap saya?
DARPO
Tidak. Itu bagianmu dengan segala kejujuran (dengan senyum yang aneh) Kau lupa bahwa saya juga ahli waris dari harta yang terpendam itu dan saya akan cukup kaya untuk bermurah hati. Ha.. ha..ha..
NANI (kuatir)
Darpo, kau ganjil, kau sakit, mas. Kau tak pernah bicara begitu jika sadar. Oh… kita harus pergi dari sini, kau dan ayah juga saya. Biar Umar menyita rumah ini. Akan ada yang lebih baik dari rumah ini dan kita akan pindah ke sebuah pondok kecil, di tepi laut, supaya ayah bisa…
DARPO
Bisa bermain gila-gilaan dengan saya, membisikkan impian-impiannya pada saya, memandangi laut dan mengejek seperti ini? (ia mengambil gelang dari sakunya, Nanti memandangnya, membuat ia mundur ke sudut dan bicara ngeri) Tidak… Tidak… SUdah terlambat untuk bermimpi. Sangat terlambat… Akan ku tenggelamkan mimpi-mimpi itu di malam ini juga, untuk selama-lamanya.
NANI (memandangnya dan sadar apa yang ditakutinya selama ini, menjadi kenyataan, ia mengeluh hampir pingsan)
Jadi kau telah melakukannya? Oh.. Darpo… terkutuklah kau… Kau telah menjual ayah.
DARPO
Ssstt. Apa katamu? Dia lebih baik lenyap dari laut.
NANI
Kau telah menjual dia.
DARPO
Tidak. Tidak (mengambil peta dari saku) Dengar kau, Nani. Demi Allah dengarkan saya. Lihat peta pulau itu dan tanda silang di mana harta itu terpendam. Aku telah membawanya bertahun-tahun. Tak ada gunanya. Kau tak mengerti, apa artinya. Peta ini terbeber antara diriku dan buku-bukuku, antara diriku dengan kehidupan dan menderaku menjadi gila. Ayah mengajariku untuk menunggu dan berharap, menunggu dan berharap hari demi hari. Ayah membuatku ragu terhadap daya otakku dan menipu mataku. Ketika harapan lenyap. Maka aku baru sadar bahwa segalanya itu Cuma mimpi. Dan aku tak kuaa membunuhnya. Namun aku selalu tetap yakin kalau Tuhan mengampuniku. Dan ini namanya gila-gila. Dengar kau?
NANI
Dan itu sebabnya kau membenci ayah?
DARPO
Bukan… Tidak begitu (gila) Ya… Memang aku membenci dia, yang telah mencuri otakku. Akuharus membebakan diri dari kegilaannya.
NANI
Darpo, jangan. Kau bicara seolah-olah…
DARPO
Seolah-olah saya gila? Kau memang benar, tapi aku tidak mau gila lagi. Lihat (ia membakar peta dan keduanya memandangi peta terbakar) lihatlah, bagaimana aku membebaskan diri dan untuk fakta-fakta itu, seperti kata dokter. Dokter dari rumah sakit jiwa. Lihat… betapa peta itu hangus terbakar, lenyap… Berkas terakhir peta itu dan satu-satunya salinan dibawa oleh Ilyas di dasar laut. Musnah.. akhirnya aku bebas darinya. Ya, aku telah jual dia untuk menyelamatkan jiwaku. Mereka telah berangkat dari rumah sakit gila, kemari, untuk mengambil ayah. (tiba-tiba terdengar teriakan “ahoyyyyyyy” di atas dan derap sepatu, terdengar pintu di tutup kembali dengan keras. Nanti dan Darpo terkejut dan membantu Kapten menuruni tangga, menuju ruangan)

Read the full story »
, ,

Syekh Siti Jenar

| 0 komentar ]
Babad Geger Pengging
Karya SAINI KM
PENGANTAR PENULIS
Sandiwara Syekh Siti jenar ini sengaja di beri anak judul Babad Geger Pengging. Alasannya ada dua, pertama karena sudah naskah drama lain yang berjudul Syekh Siti Jenar, kedua kata babad akan mengisyaratkan kepada pembaca atau penonton bahwa naskah ini bukan naskah sejarah, melainkan naskah sastra, lugasnya sastra-drama.
Kalau penulis berani menuliskan kata Babad, hal itu didukung pula oleh kenyataan bahwa di kalangan para sarjana sejarah sendiri masih ada keraguan, apakah kisah Syekh Siti Jenar itu memang pernah benar-benar terjadi atau hanya berupa cerita saja. Dengan demikian, penulis merasa lebih leluasa memergunakan cerita itu untuk tujuan-tujuannya yang bersifat sastrawi.
Memergunakan suatu cerita cesara sastrawi berarti mengolah cerita itu, memberinya tafsiran baru atau mengisinya dengan masalah-masalah lain, sesuai dengan maksud-maksud yang hendak dicapai sastrawan. Diantara maskdu-maksud itu ialah pengungkapan pengalaman sastrawan dengan pergulatannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya masa kini dan di sini.
Dengan latar belakang seperti itu, sandiwara Syekh Siti Jenar ini pun akhirnya dapat dianggap tidak berhubungan dengan kisah tokoh yang banyak di kenal di masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.
Bandung, 1986
DRAMATIS PERSONAE
Syekh Siti Jenar Ulama dari Pengging
Kebo Kenongo Bupati Pengging
Pangeran Darmacaraka Pembantu Sultan Demak
Sultan Demak
Sunan Giri Salah seorang diantara wali Sembilan
Sunan Kudus idem
Sunan Muria idem
Sunan Bonang idem
Sunan Ampel idem
Sunan Drajat idem
Sunan Kalijaga idem
Sunan Gunung Jati idem
Merangkap sebagai sultan Cirebon
Malaikat jibril
Iblis
Patih Pembantu Kebo Kenongo
Santri 1, 2, 3 Pengikut Syekh Siti Jenar
Kepala Kam pung
Petugas-petugas
Penjaga-penjaga
Perwira
BABAK I
DI SUATU TEMPAT DI PENGGING, SIANG HARI.
SEBELUM LAYAR DIBUKA ATAU LAMPU DINYALAKAN, TERDENGAR GEMURUH BENCANA, GEMPA BERCAMPUR DENGAN TERIAKAN DAN JERITAN ORANG SETELAH KEGADUHAN ITU BERHENTI DAN SUASANA MENJADI TENANG. LAYAR DIBUKA ATAU LAMPU PENTAS DINYALAKAN
ADEGAN 1
SYEKH SITI JENAR BERIDRI DI SUATU TEMPAT DENGAN SEORANG SANTRINYA YANG TAMPAK MENANGIS. MEREKA MEMERHATIKA ROMBONGAN RAKYAT YANG BERGERA MENGUSUNG KERANDA DEMI KERANDA KE ARAH KUBURAN. TAMPAK DIANTARA PARA PENGIRING JENAZAH ORANG-ORANG YANG CEDERA DAN BERBEBAT ATAU BERTONGKAT. DOA-DOA BERCAMPUR DENGAN TANGISA. SUARA ITU MENJAUH, AKAN TETAPI TIDAK PERNAH BERHENTI DAN TERUS MENJADI LATAR BELAKANG ADEGAN INI.
Santri 1
Sunan, saya sama sekali tidak mengerti
S.S. Jenar
Apa yang tidak kau mengerti?
Santri 1
Mengapa Tuhan menimpakan derita seperti ini? Sunan melihat begitu banyak korban, yang mati yang cedera, orang tua, orang dewasa, bayi, tak pilih bulu.
S.S. Jenar
Berbahagialah yang mati, karena mereka kembali ke hadirat Tuhan, busa yang terombang-ambing di angin kembali pada samudera.
Santri 1
Kasihan mereka yang hidup Sunan.
S.S. Jenar
Tak ada derita bagi mereka yang tawakal
Santri 1
Sunan belum memahami maksud saya
S.S. Jenar
Maksudmu?
Santri 1
Mengapa Tuhan meremukan kaki gadis kecil itu? Sunan melihat bagaimana kaki gadis kecil yang baru berumur lima tahun itu remuk. Seandainya dia mati, keadaan akan lebih baik. Malangnya dia hidup. Dan ia tidak akan paham apa yang dimaksud dengan tawakal. Ia hanya akan dapat merasakan denyut kesakitan dan urat-urat dan otot-otot yang putus. Tusukan pecahan tulang kaki yang remuk. Sunan tidak akan dapat mengatakan padanya bahwa ketawakalan akan menghilangkan rasa sakit. Di samping itu, ia aan mengutui hidupnya di masa akil balig. Ia mungkin akan menjadi ejekan bagi dirinya. Cacat itu akan merampas masa depan dan peluangnya untuk bahagia di kemudian hari.
S.S. Jenar
Jangan mencoba meramal nasib orang. Janganlah menduga-duga kebahagiaan atau ketidak bahagiaan seseorang. Tuhan maha pemurah. Bahkan seseorang dapat menemukan kebahagian selagi pedang diangkat tinggi-tinggi oleh seorang algojo di atas lehernya yang telanjang.
Santri 1
Sunan benar. Namun nyatanya, gadis kecil itu menjerit-jerit, segera setelah ia siuman dari pingsannya. Wahai, alangkah menusuknya jeritan itu. saya tidak akan pernah melupakan suara jeritan itu seumur hidup saya. Kemudian anak itu kehabisan tenaga, anak itu hanya dapat merintih-rintih. Betapa menyayat rintihannya.
Tidak, ia tidak akan mengerti apa artinya tawakal. Dia hanya merasakan esakitan yang tidak terperikan. Kesakitan yang tidak dipahaminya. Kesakitan ini bukanlah ramalan. Sunan, ini kenyataan. Gadis itu tidak memahami kenyataan itu, seperti saya tidak memahami mengapa Tuhan menimpakan derita itu kepadanya.
S.S. Jenar
Kau bukan tidak paham, kau tidak mau memahaminya.
Santri 1
Sunan, saya sudah berusaha memahaminya sejak malapetaka ini terjadi.
S.S. Jenar
Tidak. Kau tidak akan memahaminya selama kau memaksakan kehendak terhadap Tuhan.
Santri 1 (tertegun)
Memaksakan kehendak saya?
S.S. Jenar
Kau berkeras membandingan Tuhan dengan manusia. Kau berkeras memanusiawikan Tuhan. Ketika Tuhan memerlihatkan wajahnya yang tida manusiawi, kau menolaknya.
Santri 1
Saya tidak menolak Tuhan, saya tidak paham. Tuhan adalah Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Tetapi mengapa gadis kecil yang tak tahu apa-apa itu, dibiarkan menderita? Mengapa ia harus kesakitan? Mengapa anak-anak kecil lain harus kesakitan kalau berjangkit sampar? Mengapa mereka buta kalau berjangkit cacar? Mengapa?
S.S. Jenar
Kau murtad.
Santri 1
Apakah hasrat untuk memahami merupakan kemurtadan? Kalau memang begitu, mengapa Tuhan member saya akal?
S.S. Jenar
Kau sesat. Murtad. Kau bukan lagi ingin memahami, tetapi hendak memberhalakan Tuhan.
Santri 1 (tertegun)
Saya tidak menegrti maksud Sunan.
S.S. Jenar
Ketika kau mendengar kata Tuhan Maha Penyayang, maka kau bayangkan Tuhan sebagai seorang ayah yang menyayangi anak-anaknya. Ketika kau mendengar Tuhan Maha Pengasih, au beranggapan Tuhan tidak akan menimpakan bala sampar, bala kekeringan, topan, banjir dan gempa yang meremukan kaki gadis kecil itu.
Santri 1
Benar Sunan. Tuhan harus kasihan pada gadis itu.
S.S. Jenar
Harus? Mengapa harus?
Santri 1
Bukankah Ia Maha Pengasih?
S.S. Jenar
Kau kira Tuhan mengasihi seperti manusia mengasihi dan merasa kasihan?
Santri 1 (setelah tertegun beberapa saat)
Ya.
S.S. Jenar
Di sanalah letak kekeliruanmu. Itulah pula yang menyebabkan kau tidak akan memahami peristiwa sedih ini. Dengan menganggap Tuhan seperti manusia. Kau telah memberhalakanNya. Di sanalah letak kemurtadan. Di sana pula letak penderitaanmu.
Santri 1
Jadi bagaimana saya harus membayangkan Tuhan? Setelah gempa ini?
S.S. Jenar
Kini bukan saatnya bagiku membicarakan masalah pelik itu kepadamu. Kita akan membicarakan masalah itu nanti bersama kawan-kawanmu.
Santri 1 (diam sejenak)
Ya, Sunan. Kita akan membicarakn dalam ketenangan pada saat itu. tuhan menimpakan dan merencanakan bala kelaparan, bala sampar, banjir, topan dan gempa. Pada saat itu, gadis kecil itu merintih-rintih. Mejerit-jerit menanggung derita yang tak tertahankan. Kudengar rintih-jeritnya sebagai rintih-jerit umat manusia yang menderita dan tidak paham mengapa mereka menderita.
S.S. Jenar
Kau tidak adil terhadap Tuhan.
Santri 1
Saya mengatakan yang sebenarnya. Manusia menderita dan tidak paham.
S.S. Jenar
Tapi kau tidak mengatakan bahwa hidup pun begini indah. Di samping bala sampar dan kelaparan, di samping banjir dan gempa, Tuhan telah menganugerahkan begitu banyak kebaikan dan keindahan. Bumi yang indah dan subur dihamparkanNya bagai permadani tanah Parsi, langit melengkung bagaikan cangkup agung yang senantiasa berubah warna, siang hari kadang-kadang disilang warna pelangi, malam hari disebari bintang berlaksa keti. Belum lagi kau hitung mahluk-mahlukNya, dari bunga-bungaan dan binatang peliharaan, anak-anak yang lucu, gadis-gadis cantik dan wanita-wanita yang montok menggairahkan.
Kau hanya berbicara tentang derita dan tidak tentang nikmat hidup ini. Itulah sebabnya kau tidak adil terhadap Tuhan. Itulah pula sumber deritamu.
Santri 1
Baiklah Sunan, tapi bagaimana dengan gadis kecil itu?
S.S. Jenar
Kalau kau kasihan padanya, mengapa kau tidak berusaha mengurangi penderitaannya?
Santri 1
Mengurangi penderitaannya?
S.S. Jenar
Mengapa tidak kau cari dukun yang pandai membuat obat penawar. Mengapa kau malah menghujat Tuhan?
Santri 1
Astaga! Sunan benar. Seharusnya saya dari semula berpikir ke sana. Seharusnya saya mencari dukun yang pandai membuat obat penawar. Seharusnya saya membiarkan Tuhan merencanaan bala Sampar, bala kelaparan, topan, banjir dan gempa yang lebih hebat. (pergi)
S.S. Jenar (pura-pura marah)
Jangan kau dorong aku berdebat denganmu. Pergilah, cari dukun!
(Santri 1 meninggalkan pentas. Syekh Siti jenar memandanginya dengan tersenyum)
ADEGAN 2
TERDENGAR SUARA-SUARA TANGISAN, MUNCUL ROMBONGAN LAIN MENGUSUNG JENAZAH MENUJU KE KUBURAN. SYEKH SITI JENAR MEMANDANG MEREKA DENGAN SEDIH. ROMBONGAN ITU MENGHILANG DAN MENJAUH BERSAMA SUARA TANGISA YANG MELEMAH. SYEKH SITI JENAR DUDUK DI SUATU TEMPAT DALAM SIKAP SAMADI
S.S. Jenar
Betapa rapuh air ketika bernama gelembung, tanpa arah di angkasa diterbangkan angin. Betapa terbatas dan fana air ketika ia bernama percik dan tidak bernama samudera.
Betapa rapuh engkau ketika kau bernama manusia dan terlunta-lunta di muka bumi, betapa hina ketika kau bernama mahluk dan bukan khalik.
Betapa kecil dan menderita engkau ketika kau bernama Siti Jenar dan tidak bernama Tuhan dan lupa bahwa tiada batas antara kau dan Aku, antara aku dan Kau, antara Kau dan aku.
Karena tiada engkau kecuali Aku. Kecuali Engkau kecuali Aku, kecuali Engkau, kecuali aku.
Lailahailallah, Lailahailallah, Lailahailallah.
(BACAAN INI BERLANJUT KEMUDIAN, DIIRINGI OLEH KOOR. BACAAN YANG SAMA SEBAGAI LATAR BELAKANG)
ADEGAN 3
DITENGAH-TENGAH GEMURUH BACAAN ITU, SECARA PERLAHAN-LAHAN CAHAYA DI PENTAS BERUBAH WARNA. MUNCUL JIBRIL DALAM KEANGGUNAN DAN KEAGUNGANNYA.
M. Jibril
Kau murtad ya, Siti Jenar
S.S. Jenar
Siapakah engkau?
M. Jibril
Aku Jibril, datang padamu membawa peringatan
S.S. Jenar
Peringatan?
M. Jibril
Ya, Siti Jenar. Bahwa kemurtadanmu akan mengirimmu ke neraka jahanam. Kau akan jadi bahan bakar di sana untuk selama-lamanya. Kecuali kalau kau bertobat.
S.S. Jenar
Neraka jahanam tak lagi akan menghanguskanku. Nyatanya yang berkobar-kobar telah aku padamkan dalam hatiku. Telah kuredakan api amarah, kudinginkan iri dengki dan cemburu-benci dengan kesadaran dan belas kasih.
M. Jibril
Kesadaran apa, ya Siti Jenar?
S.S. Jenar
Bahwa yang menyebabkan amarah iri-dengki, cemburu dan benci, tidaklah lain kecuali diriku sendiri.
M. Jibril
Pikiranmu kacau ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Kacau?
M. Jibril
Kau marah, iri, dengki, benci terhadap orang lain, bukan terhadap dirimu sendiri.
S.S. Jenar
Orang lain bukanlah orang lain kalau kulihat dengan mata yang lain. Kita adalah kami, mereka adalah saya. Engkau adalah aku, Aku adalah engkau.
M. Jibril
Kau memersamakan dirimu dengan orang lain, padahal kau adalah Siti Jenar, orang lain si Dadap atau Si Waru, bertubuh lain, berjiwa terpisah.
S.S. Jenar
Busa dan embun adalah sama dalam samudera. Bunga dan buah adalah sama dalam pohon. Maka si Dadap dan si Waru adalah Siti Jenar.
M. Jibril
Tapi si Dadap dan si Waru berbeda dengan kau. Mereka takut akan neraka jahanam.
S.S. Jenar
Mereka ada dalam egelapan jiwa. Bagai anak kecil ketia lampu padam. Mata hatinya melihat hal-hal yang emnakutkan. Mereka yang hidup di dalam gelita hati. melihat neraka menjulurkan lidah-lidah api.
M. Jibril
Kau tidak percaya pada neraka jahanam, ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Tidak ada yang melihat neraka jahanam begitu nyata seperti mataku melihatnya. Tidak ada yang memandang Surgaloka begitu jelas seperti mataku memandangnya.
M. Jibril
Kalau kau tak takut neraka. Sedikitnya kau menginginkan surge, ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Neraka dan surge adalah dua sisi yang berlainan dari mata uang yang sama. Hanya mereka yang takut akan neraka yang akan merindukan dan menginginkan surge.
M. Jibril
Kalau begitu apa yang kau inginkan ya Siti Jenar?
S.S. Jenar
Tak ada. Aku sudah memiliki segala-galanya.
M. Jibril
Kau telah menghinakan surge dan neraka ya, Siti Jenar. Sedikitnya kau hormat pada nabi.
S.S. Jenar
Aku hormat dan kasih terhadap nabi, layaknya adik menghormati kaaknya. Mencintai kakaknya yang emmapahnya sebelum ia dapat berdiri dan berjalan sendiri. nabi yang berkata kepadanya “berjalanlah sendiri. bawalah bekal dariku. Tawakal dan belas kasih”
M. Jibril
Tawakal dan belas kasih? Kau lacungkan kedua kata itu, ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Tawakal selama embun tidak bernama samudera. Selama bunga tidak ebrnama buah dan buah tidak bernama pohon. Belas kasih karena embun jjadi mainan angin, karena bunga jadi makanan ulat, karena selama manusia menjadi mahluk ia rapuh dan menderita.
M. Jibril
Sudahlah Siti Jenar, rohmu tak dapat kuselamatkan.
S.S. Jenar
Rohku telah kuselamatkan sendiri
M. Jibril
Kau selamatkan dari apa?
S.S. Jenar
Dari kegelapan, kebimbangan dan ketakutan. Sekarang aku berada di tengah-tengah cahaya, ekaykinan dan kedamaian.
M. Jibril
Telah kau sesatkan dirimu sendiri, ya Siti Jenar. Kuajak kau kembali ke jalan lurus, kau pilih jalan yang menuju neraka jahanam
S.S. Jenar
Kau kehabisan dalih ya Jibril. Kau takut-takuti lagi orang yang tak takut lagi.
M. Jibril
Apa pun yang kukatakan padamu, karena kau tak percaya, kau buta dan tuli. Sesungguhnya, kalau Tuhan menghendaki, kau dapat menjadi orang beriman.
S.S. Jenar (Tertawa sambil berkata)
Sudahlah ya Jibril
ADEGAN 4

TERTAWA SYEKH SITI JENAR BERGABUNG DENGAN SUARA TAWA YANG MAKIN LAMA MAKIN NYARING DAN DAHSYAT. BACAAN YANG BERUPA KOOR YANG MELATAR BELAKANGI ADEGAN TERSEBUT SEMAKIN NYARING BERBARENGAN DENGAN SEMAKIN MEMBAHANANYA SUARA TAWA. SEMENTARA ITU MALAIKAT JIBRIL MENGUNDURKAN DIRI, TIBA-TIBA MELOMPATLAH IBLIS KE PENTAS.
Iblis
Kau hebat! Sungguh tidak kuduga. Akhirnya kutemukan manusia paling hebat. Paling perkasa di tempat yang tidak disangka-sangka seperti ini. Sungguh! Tanah pengging akan dikenang untuk selama-lamanya dalam sejarah. Dan itu karena kau, ya Siti Jenar!
S.S. Jenar
Siapakah engkau?
Iblis
Aku adalah engkau adalah aku adalah engkau….
S.S. Jenar
Siapakah engkau?
Iblis
Seperti engkau, aku telah diperlakukan tidak adil. Kau mengambil jalan lurus tapi kau dianggap murtad. Kau selamatkan dirimu sendiri, tapi kau dianggap celaka. Kau merindukan dan mencintai Tuhanmu, kau hormat pada nabimu tapi kau dianggap pemebrontak.
S.S. Jenar
Siapakh engkau?
Iblis
Aku adalah dia yang menolak bersujud di kaki Adam. Kutolak perintah menyembah Adam karena bukankah Tuhan pernah berfirman. Tiada kau menyembah illah yang lain kecuali Aku?
S.S. Jenar
Enyahlah Iblis!
Iblis
Bagaimana aku enyah daripadamu. Kalau aku bagian darimu, tak terpisahkan, tak terbatas sehelai rambut?
S.S. Jenar
Kau adalah bagian dari kegelapanu. Sekarang di sini semuanya cahaya.
Iblis
Omong kosong! Adakah cahaya tanpa kegelapan? Siti Jenar tak ada tanpa kehadiranku. Jibril tak menyebutmu murtad kalau kau bukan aku bukan kau bukan aku bukan kau….
S.S. Jenar
Kau keliru ya Iblis
Iblis (TERTAWA)
Dapatkah Iblis keliru?
S.S. Jenar
Engkau sendiri adalah kekeliruan.
Iblis
Kau bersilat lidah ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Tidak, Iblis. Kau keliru. Kau menyangka aku merasa diperlakukan tak adil? Sangkamu meleset.
Iblis
Bukankah kau dianggap murtad? Syirik? Jindik?
S.S. Jenar
Kata-kata itu bagian dari kegelapan. Sekarang aku ebrada dalam cahaya. Kata-kata itu bagian dari masa lalu. Sekarang aku tidak di sana lagi. Kata-kata itu sudah kehilangan makna.
Iblis
Kau keliru! Walau pun kau merasa tidak diperlakukan adil, Jibril mengancammu dengan neraka jahanam
S.S. Jenar
Justru telah kutinggalkan neraka jahanam. Kebodohanku, kebimbanganku, kemusyrikanku, kejindikanku, itulah bagian dari neraka jahanam yang telah kutinggalkan. Tempat api kebencian dan kemarahan berkobar-kobar, tempat jiwaku digodok dalam gejolak darah hitamku sendiri, tempat aku tenggelam tapi tetap dahaga akan kenikmatan duniawi. Semua itu sekarang telah berlalu. Yang ada tinggal kedamaian, kesejukan, kebahagiaan, keyakinan dan cahaya tanpa balas.
Iblis
Omong kosong! Kau telah mabuk khayalmu sendiri!
S.S. Jenar
Khayal tidak pernah memecahkan berbagai masalah, khayal tidak pernah menjawab bermacam pertanyaan. Sekarang semuanya selesai, semuanya terjawab.
Iblis
Kau sinting!
S.S. Jenar
Kau kehabisan dalih. Kau Cuma punya caci maki ya Iblis
Iblis
Baiklah. Tapi kalau kau mendapat kesukaran, serulah namaku, aku akan datang menolongmu
S.S. Jenar
Aku sudah tidak membutuhkan siapa pun, apa pun, terlebih ocehanmu.
TERDENGAR BUNYI ORANG-ORANG DATANG. IBLIS MENYELINAP MENINGGALKAN PENTAS. SEMENTARA KOOR BACAAN SEMAKINLEMAH UNTUK AKHIRNYA MENGHILANG BERSAMA LENYAPNYA IBLIS
ADEGAN 5
MUNCUL BEBERAPA ORANG SANTRI, TERMASUK SANTRI 1

Santri 2
Sunan, orang-orang kampong mohon agar Sunan memimpin sholat taubat. Mereka khawatir, kalau mereka tak segera bertaubat, gempa akan terjadi lagi. Sunan pasti merasa, bumi belum tenang, masih ada guncangan-guncangan kecil.
S.S. Jenar
Aku ta bersedia memimpin mereka
Santri 3
Tapi mereka sangat mengharapkan Sunan
S.S. Jenar
Tapi aku tak mau menipu mereka. Mereka ditimpa musibah, itu cukup. Harus pulakah mereka kutipu?
Santri 2
Menipu bagaimana?
S.S. Jenar
Aku akan diminta menyampaikan permohonan kepada Tuhan agar Tuhan mengam puni dosa-dosa mereka dan tidak menimpakan malapetaka gempa ini. Justru mereka berdosa karena mereka tidak mau menerima hidup ini dengan segala musibahnya. Mereka tidak mau mengerti bahwa gempa, banjir, sampar, kemarau panjang tidak dapat dihindarkan dengan cara berdoa atau sembahyang taubat. Mereka tidak mau mengakui bahwa gempa, banjir, sampar, taufan, menjadi tua, sakit dan mati adalah bagian dari kefanaan dan kemanusiaan kita.
Santri 2
Sebaiknya Sunan menyampaikan hal itu langsung kepada mereka.
Santri 3
Ya, Sunan. Mereka menunggu Sunan dengan penuh harap di lapangan kam pung
S.S. Jenar
Biarkan mereka menunggu di lapangan. Itu lebih aman daripada kalau mereka berada di dalam rumaah, di bawah pohon-pohon atau di bawah tebing.
Santri 3
Tapi Sunan, mereka benar-benar menunggu Sunan.
S.S. Jenar
Kalau yang kukatakan tadi kusampaikan pada mereka, mereka tidak akan mau mengerti, mereka lebih senang pada takhayul daripada pencerahan jiwa
Santri 2
Sunan pernah menyataan bahwa satu-satunya obat bagi segala penderitaan adalah pencerahan jiwa!
S.S. Jenar
Benar. Tapi aku tida percaya orang-orang kampong akan mau menelan obatku. Seperti anak-anak takut minum Brotowali, begitulah kebanyakan orang-orang takut akan pencerahan jiwa. Hanya mereka yang benar-benar telah siap akan dapat menerima obatku.
Santri 3
Jadi Sunan benar-benar tidak bersedia?
S.S. Jenar
Kalau pun bersedia, tidak akan ada gunanya. Akan sia-sia saja.
Santri 2
Kalau begitu kami harus memberitahu mereka.
Santri 3
Nanti dulu (KEPADA SYEKH SITI JENAR) Sunan, berulang-ulang Sunan menyatakan bahwa pencerahan biasanya mudah diterima pada saat manusia menghadapi malapetakan hebat. Tidakkah gempa ini cukup hebat? Saya kira orang-orang kampong benar-benar terguncang lahir batin.
S.S. Jenar (TERTEGUN)
Kau kira mereka cukup siap menerima pencerahan?
Santri 3
Mereka ketakutan, putus asa dan sangat berduka cita, Sunan.
S.S. Jenar (MENGGELENGKAN KEPALA)
Saya ragu-ragu. Malapetaa dapat mendorong sebagian orang ke arah pencerahan, akan tetapi, bagi sebagian orang ke arah takhyaul. Saya tak yakin…. (MELIHAT SANTRI 1) Hai, mengapa kau diam saja?
Santri 1 (SEDIH)
Gadis itu mati, Sunan.
S.S. Jenar
Mati? (GEMBIRA) Syukurlah! Mengapa kau tidak bergembira? Seharusnya kau bergembira!
Santri 1 (GAGAP)
Memang….
S.S. Jenar
Aku tidak bersedia member khotbah di lapangan. Tapi aku bersedia berbicara pada upacara penguburan anak itu. akan kuungkapkan kegembiraanku
TIBA-TIBA BUMI BERGONCANG DENGAN KERAS. PARA SANTRI KETAKUTAN, HANYA SYEKH SITI JENAR YANG TENANG DAN TIDAK MEMERLIHATKAN RASA TAKUT SEIDKIT PUN. IA TERSENYUM DAN MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA MELIHAT PARA SANTRI YANG KETAKUTAN ITU)
Santri 2
Sunan!, gempa lagi! Sunan!
S.S. Jenar
Tenanglah, kita berada di tempat terbuka. Jangan taut. Jangan kehilangan akal. Kehilangan akal dapat mencelakakan dirimu
BUMI BERGONCANG TERUS. DI TENGAH-TENGAH BUNYI GEMURUH TERDENGAR JERITAN DAN TERIAKAN ORANG-ORANG KAM PUNG, BUNYI BAGUNAN-BANGUNAN RUNTUH DSB… SETELAH BEBERAPA LAMA GEMPA MELEMAH DAN AKHIRNYA BERHENTI)
Kukira kalian harus turun ke kampong. Mungkin ada yang memerlukan bantuan di sana. Bantulah mereka, karena dengan meringankan penderitaan sesama, kalian memerlihatkan bahwa kalian pernah bertemu dan berbincang-bincang denganku.
Santri 1
Tidakkah Sunan turun dengan kami?
S.S. Jenar
Aku turun belakangan. Aku harus menyusun pikiran-pikiran yang akan usampaikan dalam upacara penguburan gadis kecil itu. pergilah kalian lebih dulu
(PARA SANTRI MENINGGALKAN PENTAS)
Gadis kecil itu kesayangan santri-santriku, ia biasa bermain di sekitar pesantren. Ia tidak segan padaku dan biasa bermain-main denganku. Ia biasa kupangku. Setiap orang tahu, aku sangat saying padanya. Kalau dalam upacara penguburannya aku bergembira, orang-orang akan keheranan. Pada saat itulah kujelaskan kepada mereka, mengapa aku bergembira. Pada saat itu pula akan ujelaskan kepada mereka mengapa gempa ini tidak memengaruhiku. Mungkin melalui penjelasanku, aku dapat membebaskan mereka dari kebimbangan, kekeliruan, ketakutan yang membuat mereka begitu menderita dan mudah terperangkap dalam takhayul. Mungkin ketika jiwa mereka berada di dalam gelap gulita yang sepekat-pekatnya seperti sekarang, pencerahan yang kubawa akan dapat mereka terima….
TERDENGAR BUNYI ORANG-ORANG BERGEGAS DATANG
ADEGAN 6

MUNCUL KEMBALI PARA SANTRI DIIKUTI SEGEROMBOLAN BESAR ORANG-ORANG KAM PUNG YANG KETAKUTAN DAN BERDUKA CITA
Santri 2
Sunan, mereka sangat ketakutan dan mohon dengan sangat, Sunan mau memimpin sembahyang dan berdoa, agar gempa tidak terjadi lagi.
K. Kam pung
Ya, Sunan. Kasihanilah kami. Hanya Sunan yang dapat menyelamatkan kami, hanya Sunan yang dapat mencegah malapetaka besar ini.
O. O. Kam pung (HINGAR BINGAR)
Ya, Sunan! Pimpin kami! Jadilah imam sembahyang tauubat! Berdoalah bagi kami!
Santri
Tenang! Tenang! Tenang! (MULAI TENANG)
S. S. Jenar
Wahai warga Pengging yang malang, dengarkan kiranya kata-kataku.
Santri
Tenang, tenang! (HENING)
S. S. Jenar
Tiada doa, tiada sembahyang dapat menghentikan gempa ini. Tiada doa, sembahyang yang dapat menghentikan berbagai malapetaka yang melekat pada kefanaan kita sendiri. tiada doa, tiada sembahyang dapat mencegah bumi berguncang, gunung meletus, sungai meluap, sampar menyebar, kemarau membakar. Kalau memang ada doa atau sembahyang macam itu, segala malapetaka dan musibah sudah tiada sejak dulu. Namun, kenyataannya setiap waktu segala malapetaka itu dapat tiba-tiba membinasakan kita atau segala yang kita miliki dan kita cintai. Tiada doa, tiada sembahyang menghentikan kodrat Tuhan. Bukankah Tuhan berfirman, bahwa kita akan dicoba dengan berbagai bencana? Maha Benar Tuhan, tapi kalian tidak mau menerima.
K. Kam pung
Kami bukan menolak kebenaran Tuhan, Sunan. Kami mohon perlindungan Sunan.
O.O. Kam pung
Benar, Sunan! Hentikan gempa ini! Tolong kami! Sunan dapat menghentikan gempa ini! Tolong!
Santri 2
Diam! Tenang! Tenang!
S. S. Jenar
Jadi kalian meminta saya membuat mukjizat?
O.O Kam pung
Benar! Buatlah mukjizat bagi kami! Hentikan gempa ini! Mukjizat!
Santri
Tenang! Tenang!
S. S. Jenar
Seandainya saya dapat membuat mukjizat, saya tidak akan melakukannya bagi kalian
K. Kam pung (SETELAH HENING SEJENAK)
Tidakah Sunan kasihan pada kami?
S. S. Jenar
Saya tidak dapat membuat mukjizat!
K. Kam pung
Sunan adalah orang suci. Sunan adalah salah seorang pilihan Tuhan. Kami merasa beruntung Sunan memilih tempat Sunan bertapa di sini. Sunan pasti dapat membuat mukjizat, asal Sunan mau memohonnya kepada Tuhan. Mohonlah mukjizat pada Tuhan bagi kami.
O.O Kam pung
Ya! Buatlah mukjizat! Tolong kami! Mukjizat!
Santri 2
Tenang!
S. S. Jenar
Kalian lupa, hanya junjungan Nabi yang dapat membuat mukjizat dan mukjizat itu adalah Al-qur’an.
K. Kam pung
Kesucian hidup Sunan akan memberikan kesaktian kepada Sunan. Buatlah mukjizat Sunan. Hentikan getaran-getaran kecil bumi yang menakutkan kami ini.
S. S. Jenar
Kalau kubuat mukjizat sekarang ini, pasti itu atas bantuan Iblis. Saya tidak sudi melakukannya. Bahkan biat kalian datang e sini untuk minta dibuatkan mukjizat sudah bisikan Iblis. Saya tak lagi mau mendengar permohonan kalian.
O.O Kam pung
Tapi kami takut Sunan! Tolonglah kami!
BERLUTUT MEMEGANG JUBAH SYEKH SITI JENAR
Santri 2
Sunan, gempa lagi.
S. S. Jenar
Tenanglah, terima gempa ini. Ya, terimalah sebagai peringatan Tuhan bahwa kita manusia, rapuh dan fana. Hanya Tuhan Maha Kuat dan Abadi. Serahkanlah diri kalian kepadanya (GEMPA MEREDA) Saya lega, rasa takut kalian sudah berkurang. Semoga kalian sadar, kalau saya tak takut bukan karena saya sakiti. Tidak, saya tak takut karena saya serahkan diri saya pada Tuhan.
O.O Kam pung
Kalau kami tidak bersembahyang taubat, apa yang harus kami lakukan Sunan?
S.S Jenar
Tidakkah kau dengar perintah Tuhanmu saat ini?
O.O Kam pung
Kami tidak menegrti Sunan! Kami tak paham!
S. S. Jenar
Kalau banyak orang kampong yang terluka, yang meninggal, kalau banya harta benda yang rusak, apa yang kalian lakukan?
O.O Kam pung
Kami tidak mengerti Sunan.
S. S. Jenar
Dengar suara hati nuranimu, karena Tuhanmu bersemayam di sana
O.O Kam pung
Apa maksud Sunan? Kami bingung! Kami tidak paham.
S. S. Jenar
Ingatlah Tuhan pernah berfirman bahwa alam semesta tida mampu menam pungNya, melainan jiwa manusia jua yang dapat menjadi tempatNya. Dengarlah suara hati nuranimu, karena Tuhan bersemayam di sana.
O.O Kam pung
Kalau kita tidak sembahyang dan berdoa sekarang, sebaiknya kita menolong yang kena musibah
S. S. Jenar (GEMBIRA)
Syukurlah! Cahaya ilahi bersinar di hatimu. Kau benar. Tolonglah yang kena musibah. Bantulah mereka meringanan penderitaan. Hiburlah mereka yang kehilangan sanak saudara. Itulah bisik hati nuranimu, itulah perintah Tuhanmu. Ketahuilah, wahai warga Pengging yang kucintai, Tuhan bertahta di atas singgasana akal budimu. Tuhan lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri. tapi kalian tidak mengetahuinya atau tak mau mengakuinya. Sekarang dengarlah perintahNya, tolong dan hiburlah mereka yang kena musibah! Mari!
MEREKA PERGi MENGIKUTI SYEKH SITI JENAR, KECUALI DUA ORANG KAM PUNG

ADEGAN 7
ORANG KAM PUNG 1 AAN PERGI, AAN TETAPI MELIHAT ORANG AM PUNG 2 MALAH BERLUTUT
O. Kam pung 1
Mari!
O. Kam pung 2
Terkutuk!
O. Kam pung 1
Kenapa kau?
O. Kam pung 2
Dalam sembahyangku, dalam doaku selalu kuminta agar aku dan keluargaku dilindungi dari malapetaka. Kubuat tajuk, kubuat mesjid dan kulakuan hal-hal yang kuanggap akan melembutkan hati Tuhan terhadapku. Kau tahu, aku kehilangan dua orang anakku, dua orang yang selama ini member arti pada hidupku.
O. Kam pung 1
Saya berbela sungkawa padamu sobat, tida au sendiri yang ehilangan orang-orang yang paling dekat dan paling disayangi.
O. Kam pung 2
Bukan itu saja yang kusedihkan. Ternyata sekarang bahwa sembahyangku, doaku salah arah. Pantas Tuhan menghukumku.
O. Kam pung 1
Tuhan tidak menghukum siapa-siapa.
O. Kam pung 2
Aku dihukumNya. Au telah mencoba menyuapNya dengan tajuk dan mesjid itu, agar Tuhan menyelamatkanku lewat mukjizatNya. Tuhan tidak terkecoh. Tuhan mengambil anak-anakku, Tuhan mengambil yang paling tepat. Menusuk yang paling lunak.
O. Kam pung 1
Sudahlah, tak ada yang dapat kita lakuan kecuali bertawakal. Bukankah itu yang dikatakan Sunan tadi?
O. Kam pung 2
Ta, tapi aku harus bertobat. Aku harus memusnahkan bukti-bukti dosaku. Akan kubakar tajuk dan mesjid itu.
BLACKOUT
BABAK II
DI ABUPATEN PENGGING, DI PENDOPO, SIANG SEBELUM TENGAH HARI. DUA ORANG PENJAGA SEDANG BERTUGAS MEREKA BERDIRI DI SUATU TEMPAT. SIAP SIAGA.
ADEGAN 1
Penjaga 1
Jalan peristiwa membelok kea rah yang tidak diduga-duga
Penjaga 2
Maksudmu?
Penjaga 1
Kabar angin memenuhi udara
Penjaga 2
Tentang pasukan-pasuan asing itu?
Penjaga 1
Diantaranya
Penjaga 2
Diantaranya?
Penjaga 1
Ya. Tidakkah kau dengar bahwa ke kam pung-kam pung kita sering datang orang-orang yang sebelumnya tidak pernah kelihatan?
Penjaga 2
Tida. Orang-orang macam apa?
Penjaga 1
Pedagang, pengembara khususnya santri-santri
Penjaga 2
Bukankah orang-orang macam itu sejak dulu biasa datang ke sini?
Penjaga 1
Memang. Tapi pertambahan jumlah mereka harus dicurigai
Penjaga 2
Kau kira mereka itu mata-mata dari Demak?
Penjaga 1
Siapa lagi kalau bukan mereka. Dan santri-santri itu. saya pernah melihat beberapa diantara mereka. Saya mendapat kesan mereka datang ke sini bukan untuk belajar pada Syekh Siti Jenar.
ADEGAN 2
MUNCUL PENJAGA 3
Penjaga 3
Ki Ageng dan beberapa orang ponggawa akan meglaran di sini
MUNCUL KEBO KENONGO ALIAS KI AGENG PENGGING DENGAN PATIH, PENJAGA SIAGA.
K. Kenongo
Saya mohon, pamanda bercerita lebih banyak tentang gempa itu
K. KENONGO DAN PATIH DUDUK
Patih
Sejak itu, kejadian-kejadian yang lebih menghebohkan terjadi, ada yang membakar mesjid, menorah beduk
K. Kenongo
Bukan itu maksud saya pamanda. Tadi Pamanda bercerita kepada saya tentang makna bencan alam, seperti banjir, gunung meletus dan gempa itu dalam hubungannya dengan kekuasaan raja
Patih
Dalam kepercayaan warga kerajaan terutama di zaman dulu pada masa-masa agama Islam belum tersebar dan dianut secara umum, bencana alam itu menjadi pertanda menurunnya kesaktian sang raja.
K. Kenongo
Dan kepercayaan itu masih hidup sampai hari ini, Pamanda.
Patih
Begitukah pendapat Ki Ageng?
K. Kenongo
Ya, Pamanda dan terbukti pula.
Patih
Terbukti bagaimana?
K. Kenongo
Saya kira, setelah peristiwa gempa itu, wibawa Sri Sultan tidak utuh lagi kalau pun tidak dapat dikatakan jauh berkurang.
Patih
Belum jelas bagi Pamanda maksud Ki Ageng.
K. Kenongo
Rakyat Pengging sudah berani berbeda dengan Sultannya. Bukan saja mereka meninggalkan hokum saya, tetapi bahkan mereka merusak apa yang dihormati Sultan mereka, seperti langgar dan mesjid.
Patih
Ki Ageng benar.
K. Kenongo
Orang-orang kampong meninggalkan sembahyang dan sembahyang Jum’at, mereka membengkalaikan atau bahkan merusak rumah-rumah ibadat, akan tetapi apa yang terjadi di antara para cerdik pandai lebih daripada itu.
Patih
Apa yang mereka lakukan?
K. Kenongo
Mereka tak melakukan apa-apa, Pamanda. Akan tetapi mereka mulai memasalahkan keabsahan kekuasaan Sri Sultan sendiri, baik atas Pengging mau pun wilayah Demak lainnya.
Patih
Bagaimana mereka dapat meragukan keabsahan itu?
K. Kenongo
Pamanda, kekuasaan Sri Sultan tidak dapat dipisahkan dari kedudukan beliau sebagai pemimpin agama. Beliau diibaratkan khalifah nabi, sedang para wali ibarat para sahabat. Setelah gempa itu ajaran Syekh Siti Jenar semakin tersebar dan semarak. Makin hari makin banyak orang yang sadar, bahwa kekuasaan Sri Sultan sebenarnya ditandasi kebodohan, takhayul, bid’ah dan dusta. Masuk akal kalau para cerdik pandai memasalahkan keabsahan pertuanan Demak.
Patih
Ini bukan soal kecil, Ki Ageng.
K. Kenongo
Dan makin besar persoalan, makin mendesak untuk dipecahkan bukan?
Patih (BIMBANG)
Pamanda belum dapat menyampaikan pendapat Ki Ageng.
K. Kenongo
Sejumlah cerdik pandai dan alim ulama telah menghadap saya dan mereka mohon ketegasan sikap saya di dalam menghadapi masalah ini, Pamanda.
Patih
Sebagai orang tua, sumbangan pemikiran Pamanda akan sangat terbatas, ki Ageng
K. Kenongo
Tidak benar, Pamanda. Pengalaman dan pengetahuan Pamanda sangat kami perlukan. Baru saja Pamanda telah menceritakan kepada saya suatu hal yang sangat penting mengenai hubungan gempa dengan wibawa Sri Sultan. Itu sangat berguna bagi kami yang muda-muda.
Patih
Pamanda tidak menyangka itu akan berguna bagi Ki Ageng
K. Kenongo
Perlu Pamanda ketahui, bahwa saya sudah menerima surat dari Sri Sultan mengenai akan datangnya dua orang utusan ke Pengging ini. Mereka bukan sembarang utusan, Pamanda. Pangeran Darmacaraka dan Sunan Giri menjadi utusan Sultan untuk bertemu dengan kita. Rupanya apa yang terjadi di Pengging ini benar-benar mengguncangkan Sri Sultan.
Patih
Apakah maskud kedatangan mereka ke sini?
K. Kenongo
Saya sudah menduganya, Pamanda. Dan saya sudah siap!
Patih
Saya harap Ki Ageng berhati-hati dalam hal ini.

ADEGAN 3

MUNCUL PENJAGA, MENYEMBAH
Penjaga
Utusan dari Demak sudah tiba, Gusti.
Patih
Astaga! Rasanya seperti geledek di siang bolong
K. Kenongo
Pamanda tak perlu risau (PADA PENJAGA) silakan para tamu masuk
ADEGAN 4
MUNCUL PANGERAN DARMACARAKA, SUNAN GIRI DENGAN BEBERAPA PENGIRING. DI PENTAS , TERJADI KESIBUKAN DALAM RANGKA MENYIAPKAN TEMPAT DUDUK PARA TAMU, KHUSUSNYA KEDUA PEMBESAR.
K. Kenongo
Atas nama saya pribadi dan warga Pengging, kami mengucapkan selamat datang kepada Pangeran dan Sunan. Semoga perjalanan Pangeran dan Sunan menyenangkan jua adanya, walau pun beberapa bagian jalan kami khawatir belum sempat kami perbaiki karena kerusakannya yang hebat oleh gempa itu.
P. Darma
Mengemban tugas Sinuhun Sri Sultan senantiasa menyenangkan bagiku. Mungkin secara jasmani menderita, akan tetap keyakinan bahwa pelaksanaan tuga itu demi kepentingan umum, biasanya cukup jadi penawar lelah dan menimbulkan rasa bangga.
K. Kenongo
Semoga pengabdian pangeran tidak sia-sia adanya.
P. Darma
Semoga di sini semua baik-baik belaka.
K. Kenongo
Terima kasih Sunan.
P. Darma
Seperti mungkin telah Ki Ageng duga dari surat Sri Sultan, kedatangan kami ke sini mengemban tugas yang penting, yang tidak setiap orang boleh mendengarkan pembicaraannya.
K. Kenongo
Walau pun di sini kami tidak biasa berahasia terhadap warga kami, demi penghormatan kami kepada para tamu, kami memersilakan yang lain untuk meninggalkan ruangan
SEMUA MENINGGALKAN RUANGAN TERMASUK PATIH
S. Giri
Ki Ageng, sebenarnya kami ingin pula bertemu dengan Syekh Siti Jenar. Justru kedatangan saya pribadi mengemban tuga Sri Sultan untuk berbicara dengan beliau.
K. Kenongo
Beliau akan segera datang. Dalam surat Sri Sultan hal itu disebutkan, jadi sejak dini saya sudah menyiapkan segalanya.
P. Darma
Anda adalah bawahan yang baik.
K. Kenongo
Saya sudah berusaha tidak mengecewakan Sri Sultan. Ah, tidakkah sebaiknya Pangeran dan Sunan beristirahat dulu sebelum kita membicarakan masalah itu?
Patih
Kami sudah beristirahat di perjalanan, Ki Ageng.
K. Kenongo
Apa boleh buat. Saya memersilahkan pangeran dan Sunan membuka persoalan. Saya benar-benar ingin mengetahui dan memahami apa yang menjadi kerisauan kerajaan.
P. Darma
Seharusnya ki Ageng sudah maklum. Tapi baiklah, kita berbicara blak-blakan dab tegas-tegasan saja, agar masalahnya segera selesai. Kami mendapat laporan bahwa orang-orang Pengging tidak lagi melaksanakan hokum syara. Lebih dari itu mereka menghinakan bangunan-bangunan suci dengan mengencingi mimbar dan membuang kotoran di sana. Mereka mengganggu warga yang saleh dan taat dengan menuduh mereka percaya pada takhayul dan bodoh. Apakah itu benar?
K. Kenongo
Jawabannya benar dan tidak. Benar, karena memang sebagian ya, sebagian besar warga Pengging meninggalkan hokum syara. Tidak benar, bahwa mereka menghinakan bangunan-bangunan suci seperti yang dilaporkan. Mereka tidak mengotori bangunan suci atau mengejek warga Pengging yang berbeda pendapat dengan mereka. Syekh Siti Jenar melarang mereka berbuat seperti itu. sebaliknya, Syekh Siti Jenar pernah mengatakan bahwa cirri santri beliau adalah kelembutan dan kegembiraan di dalam menolong sesame hidup.
P. Darma
Tapi benarkah mereka membengkalaikan bangunan-bangunan suci, merusak perlengkapannya, merobohkan dan bahkan membakarnya?
K. Kenongo
Benar
P. Darma
Jadi.
K. Kenongo
Jadi apa, Pangeran?
P. Darma
Jadi, Anda diam saja?
K. Kenongo (TERSENYUM)
Pangeran, mereka adalah warga Pengging yang baik. Mereka membayar pajak-pajak dan melaksanakan kewajiban lainnya dengan patuh. Kalau mereka merusakkan bangunan-bangunan mereka dan perlengkapan yang ada di dalamnya, saya tidak dapat berbuat apa-apa. Bangunan dan perlengkapannya adalah milik mereka, adalah berada di dalam wewenang mereka untuk memeberikan, menjual atau merusaknya.
P. Darma
Ini adalah jalan pikiran yang aneh
K. Kenongo
Apa yang aneh, Pangeran?
P. Darma
Bahwa seorang bupati tidak dapat berbuat apa-apa ketika rakyatnya merusak bangunan dan benda-benda secara sia-sia.
K. Kenongo
Justru akan aneh sekali kalau saya melarangnya, Pangeran. Saya akan ikut campur dalam sesuatu yang berada di luar hak saya.
P. Darma
Bukankah sia-sia, bertentangan dengan akal sehat, kalau orang-orang merusak mesjid dan menorehi kulit bedug?
K. Kenongo
Itu nisbi sekali Pangeran. Bagi orang Demak itu mungkin sia-sia. Bertentangan dengan akal sehat dan bodoh. Bagi orang-orang Pengging dapat saja sebaliknya.
P. Darma (TERTEGUN)
Baiklah. Ketahuilah, Sri Sultan memutuskan bahwa perbuatan warga Pengging merusak bangunan suci dan meninggalkan hokum syara tidak dikehendaki. Oleh karena itu, Sri Sultan memerintahkan agar Bupati Pengging memerintahkan pada rakyatnya untuk kembali menaati hokum syara dan membangun serta menghormati bangunan-bangunan suci.
K. Kenongo
Menyesal sekali, saya harus mengusulkan kepada Sri Sultan untuk mengubah perintah itu, Pangeran.
P. Darma
Demi wibawa Sri Sultan, perintah itu perlu dipertimbangkan kemabli. Pertama, warga Pengging beranggapan bahwa dalam masalah hubungan manusia dengan Tuhan, tak ada seorang pun yang dapat ikut campur dengan yang lain. Sri Sultan pun tidak. Tidak ada orang yang dapat menghalangi seseorang mencari Tuhan, tapi juga tak ada orang yang dapat emmbantu orang lain menemukan Tuhan. Seperti lahir dan mati, kita menghadap Tuhan seorang diri. Paksaan apa pun tak dapat mengubah kebenaran ini. Kedua, Sri Sultan hendak memaksakan juga perintah itu, hendaknya diperhitungkan akibat-akibatnya. Rakyat Pengging akan membangun kembali mesjid-mesjid mereka dan kembali sembahyang Jum’at, namun mereka lakukan itu sebagai sebuah sandiwara. Mereka akan menjadi segerombolan munafik yang menggerutu, ini membahayakan terhadap wibawa Sri Sultan. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, biarkanlah rakyat Pengging bebas dalam berhadapan dengan Tuhan mereka, sementara dalam hal-hal kewajiban mereka sebagai warga kerajaan Demak, saya menjamin ketaatan mereka kepada Sri Sultan.
K. Kenongo
Masalahnya tidak seenteng itu ki Ageng.
ADEGAN 5
TERDENGAR LAGU PUJI-PUJIAN SEPERTI BARZANZI SAYUP-SAYUP, MUNCUL PENJAGA
Penjaga
Syekh Siti Jenar sudah tiba Gusti
K. Kenongo
Persilakan beliau masuk
ADEGAN 6
MUNCUL SYEKH SITI JENAR DIIRING BEBERAPA ORANG SANTRINYA, MEREKA SALING MEMBERI HORMAT
K. Kenongo
Silakan duduk Sunan
P. Darma
Apa kabar Sunan?

S. S. Jenar
Semua seperti seharusnya, Pangeran. Semoga pangeran baik-baik.
P. Darma
Terima kasih. Beginilah saya, Sunan.
Sunan Giri
Dapatkah kami berbicara empat mata? Maksud saya, saya dengan Sunan Jenar
K. Kenongo
Kalau begitu, rupanya kita yang muda-muda sebaiknya mencari ruangan lain, Pangeran.
S. Giri
Maaf Pangeran

P. Darma
Tidak apa-apa. Kami yang muda-muda sepantasnya mengalah.
ADEGAN 7
KEBO KENONGO, PANGERAN DARMACARAKA DAN PARA SANTRI MENINGGALKAN PENTAS.
S. Giri
Pasti Sunan sudah mengetahui maksud kedatangan kami.
S. S. Jenar
Saya dengar Sri Sultan risau dengan kejadian di Pengging akhir-akhir ini.
S. Giri
Ya, oleh akibat gempa yang tidak terduga itu.
S. S. Jenar
Sri Sultan tidak perlu risau. Bahkan sebaliknya. Barangkali Sri Sultan dapat berlega hati, karena sebahagian dari rakyatnya mendapat pencerahan
S. Giri
Saya tidak berpura-pura paham mengenai yang Sunan katakan
S. S. Jenar
Rakyat Pengging telah dapat membaca Qur’an dengan tepat dan menjalankan syariat Nabi dengan bersungguh hati.
S. Giri
Saya masih berada dalam kegelapan, Sunan.
S. S. Jenar
Sunan, gempa itu benar-benar mengerikan dan mengambil begitu banyak korban. Akan tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa hikmahnya pun sangat besar. Ketika bumi masih berguncang. Rakyat Pengging berbondong-bondong datang pada saya. Mereka meminta agar saya memimpin mereka sembahyang dan berdoa dalam rangka memohon kepada Tuhan agar gempa itu dihentikan. Saya menolak permintaan mereka.
S. Giri
Menolak?
S. S. Jenar
Ya, saya menolaknya karena pada saat itu saya menyangka mungkin saatnya tiba bagi mereka mendapat pencerahan.
S. Giri
Lalu apa yang Sunan lakukan?
S. S. Jenar
Saya katakan pada mereka bahwa tidak ada do’a dan sembahyang apa pun dapat emnghentikan gempa itu. hanya ketawakalan dan belas kasih diantara mereka yang dapat mengurangi penderitaan mereka.
S. Giri
Dan mereka mau menerima pendapat Sunan itu?
S. S. Jenar
Berkat gempa itu, mereka mau menerima pendapat saya. Lalu mereka memikirkan berbagai usaha agar mereka terhindar dari bahaya, mereka pun saling menolong dan saling menghibur.
S. Giri
Saya menyaksikan sendiri, bagaimana rakyat Pengging sampai sekarang begitu ramah dan suka menolong.
S. S. Jenar
Begitukah kesan Sunan?
S. Giri
Ya. Saya baru melihat rakyat yang saling tolong menolong dalam kegembiraan seperti di sini (TERTEGUN) tapi Sunan, tidakkah rakyat menghujat Tuhan dan menyatakan bahwa gempa itu merupakan pernyataan kekejamanNya?
S. S. Jenar
Apakah Sunan mendengar laporan tentang hal seperti itu?
S. Giri (BIMBANG)
Desas-desus seperti itu memang ada.
S. S. Jenar
Tidak Sunan. Sudah barang tentu pada awal peristiwa pencerahan itu terjadi keguncangan jiwa. Saya segera mencegahnya dan syukurlah, saya berhasil.
S. Giri
Apa yang Sunan lakukan?
S. S. Jenar
Pertama, saya jelaskan pada mereka bahwa Tuhan telah berfirman bahwa manusia akan dicoba dengan berbagai malapetaka itu. mengapa Tuhan mencoba kita? Karena kita harus pantas menjadi khalifah di muka bumi ini. Menjadi khalifah di muka bumi berarti mampu menjelmakan sifat-sifat keilahian yang terpendam dalam diri kita sebagai manusia. Sifat pemurah dan belas kasih merupakan dua diantara sifat-sifat yang harus diejawantahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kemudian saya jelaskan pula bahwa kita adalah mahluk akal budi. Di dalam akal budi itulah terpercik sejarah kebijaksanaan ilahi. Oleh karena itu manusia harus menjelmakan akal budi itu dalam bentuk kebijaksanaan. Sadar bahwa akal budi manusia perseorangan itu sanagt lemah, maka mereka menyatukan dayanya melalui musyawarah. Melalui akal budi bersama itulah mereka memecahkan beragam persoalan dari hari ke hari. Dan dari hari ke hari mereka menjelmakan sifat-sifat keilahian itu, betapa pun lambatnya dan bagaimana pun besarnya hambatan. Mereka terus berdoa dan bekerja….
S. Giri
Sebentar Sunan, Sunan katakan bahwa mereka berdoa?
S. S. Jenar
Ya, mengapa?
S. Giri
Saya mendengar bahwa rakyat Pengging meninggalkan sembahyang dan berdoa
S. S. Jenar
Benar, kalau yang dimaksud adalah sembahyang biasa, sembahyang lahiriah. Tidak benar, kalau yang dimaksud adalah upaya yang terus menerus menjelmakan sifat-sifat ilahi yang ada pada diri kita. Rakyat Pengging melakukan sembahyang yang kedua ini, sembahyang rohaniah dan jasmaniah. Mereka senantias bertanya pada diri mereka setiap kali mereka akan melakukan sesuatu, apakah perbuatan mereka merupakan penjelmaan dari sifat keilahian yang ada pada diri mereka? Kiranya jelas sembahyang yang demikian itu tidak mengenal waktu.
S. Giri
Bagaimana dengan doa? Bagaimana cara mereka berdoa?
S. S. Jenar
Mereka berdoa dalam cara yang sama, seperti dilakukan oleh warga kerajaan di tempat-tempat lain. Yang mungkin berbeda hanya cara mereka memahami doa itu.
S. Giri
Maksud Sunan?
S. S. Jenar
Doa mereka terutama permohonan agar mereka dapat mengemban kehormatan yang diberikan kepada mereka sebagai khalifah di muka bumi; mereka memohon agar mereka tabah mengemban tanggung jawab dan kemuliaan itu.
S. Giri
Saya belum paham benar
S. S. Jenar
Menjadi khalifah di muka bumi dapat pula ditafsirkan sebagai bertanggung jawab atas terjelmanya sifat-sifat keilahian pada diri masing-masing pribadi. Itu bukan tugas yang ringan dan harus dilakukan dari saat ke saat secara sadar. Beratnya tugas itu menyebabkan kita perlu berdoa, memohon kepada ia yang lebih kuat dan lebih berbelas kasih.
S. Giri
Saya paham sekarang. Saya pun mengerti, mengapa Sunan mengatakan bahwa mereka berdoa dalam cara yang berlainan dengan banyak dilakukan orang.
S. S. Jenar
Saya lega Sunan paham. Sebelum gempa itu, mereka berdoa seperti kebanyakan rakyat lain. Mereka berdoa agar mendapat kekayaan, kehormatan, pangkat, pengaruh, kemashyuran dan bahkan kesaktian. Sekarang mereka sudah ebrada di jalan yang lurus. Mereka Cuma memhon keridlaan Tuhan semata-mata.
S. Giri
Saya tidak akan memahami dan mungkin tidak akan memercayai keterangan Sunan kalau saya tidak menyaksikan sendiri dari dekat bagaimana rakyat Pengging bertingkah laku.
S. S. Jenar
Jadi Sunan sempat bergaul dengan mereka?
S. Giri (TERSENYUM)
Saya malu menyatakan ini, akan tetapi apa boleh buat. Kami datang tidak hanya sebagi utusan, tetapi juga sebagai mata-mata, Sunan. Kami bergaul sambil mencari berbagai keterangan.
S. S. Jenar
Saya maklum Sunan.
S. Giri
Ternyata perbuatan memata-matai itu bukannya merugikan Sunan, namun sebaliknya. Kami justru mendapat gambaran yang sebenarnya tentang rakyat Pengging dan Sunan.
S. S. Jenar
Gamabran bagaimana? Saya jadi penasaran juga.
S. Giri
Belum pernah saya emlihat warga kerajaan yang hidup rukun, saling tolong menolong, lemah lembut dan ramah tamah seperti di sini.
S. S. Jenar
Sunan beranggapan demikian?
S. Giri
Ya
S. S. Jenar
Itu adalh hikmah gempa yang mengerikan itu
S. Giri
Sunan terlalu rendah hati
S. S. Jenar
Tanpa gempa itu, tak akan ada yang terjadi di sini
S. Giri
Bagaimana Sunan mengambil kesimpulan seperti itu?
S. S. Jenar
Gempa yang besar itu tidak hanya menghancurkan bangunan-bangunan dan menyebabkan tebing-tebing gunung longsor, akan tetapi juga mengguncangkan jiwa rakyat Pengging dengan hebat. Tiba-tiba saja mereka harus berhadapan dengan kebenaran yang sebelumnya tidak mereka sadari atau tak berani mereka hadapi
S. Giri
Kebenaran apa itu?
S. S. Jenar
Bahwa manusia sanagt rapuh. Bahwa segala miliknya, cita-citanya, segala yang dicintainya, bahkan nyawanya, tidak berarti di hadapan malapetaka seperti itu. pada saat seperti itu mereka memandang kemanusiaan mereka dan juga Tuhan mereka secara lebih jelas. Pencerahan itulah yang emnjadi hikmah gempa besar itu.
S. Giri
Tapi tanpa kehadiran Sunan di sini, gempa itu tidak aka nada artinya selain perusak dan pembunuh
S. S. Jenar (TERSENYUM)
Ah, tapi itu berada di luar persoalan yang sedang kita hadapi, Sunan.
S. Giri
Baiklah Sunan. Memang masih ada satu hal lagi yang ingin saya tanyakan, walau pun saya benar-benar ragu
S. S. Jenar
Sunan tidak perlu ragu-ragu terhadap saya
S. Giri
Benarkah Sunan mengaku diri Sunan sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa?
S. S. Jenar (TERTAWA)
Percayakah Sunan pada laporan seperti itu? tapi baiklah, saya balik bertanya, salahkah embun mengaku sebagai lautan? Salahkah napas mengaku sebagai tufan? Salahkah debu mengaku sebagai bumi?
S. Giri
Salah dan benar
S. S. Jenar
Hanya Tuhan yang maha benar. Syekh Siti Jenar hanya mencapai tingkat salah dan benar, bukan?
S. Giri
Ya
S. S. Jenar
Jadi bagaimana pendapat Sunan mengenai laporan itu?
S. Giri
Pasti datang dari orang-orang yang tidak paham atau….
S. S. Jenar
Atau apa?
S. Giri
Atau membenci Sunan
S. S. Jenar
Sunan sangat bijaksana. (TERSENYUM) saya lega
S. Giri
Satu pertanyaan lagi Sunan
S. S. Jenar
Silakan Silakan
S. Giri
Benarkah rakyat Pengging menghinakan bangunan-bangunan suci?
S. S. Jenar
Memang hal seperti itu terjadi. Ada yang menorah bedug, merobohkan mesjid dan tajuk. Pada awal terjadinya pencerahan, di saat-saat perasaan meluap, memang terjadi perbuatan-perbuatan yang hanya pantas dilakukan anak-anak tanggung. Akan tetapi perbuatan seperti itu sekarang tidak terjadi lagi (TERSENYUM) Jadi sekarang tak perlu ada pihak-pihak yang menjadi risau karenanya.
S. Giri
Memang
S. S. Jenar
Dari percakapan kita selama ini, apakah Sunan berkesimpulan bahwa Sri Sultan perlu risau?
S. Giri
Tidak. Sama sekali tidak, Sunan. Saya sadar benar sekarang, bahwa gempa dapat lebih nyaring dari suara; bahwa khayal dapat lebih berpengaruh daripada kebenaran.
S. S. Jenar
Saya benar-benar lega
ADEGAN 8
MUNCUL PANGERAN DARMACARAKA DIIRINGKAN KEBO KENONGO. TAMPAK DIANTARA MEREKA BARU SAJA TERJADI KETEGANGAN
P. Darma
Saya tidak bisa terima itu ki Ageng. Sri Sultan tidak akan dapat menerimanya
K. Kenongo
Saya mohon Pangeran memebrikan penjelasaan kepada beliau hingga beliau dapat memahaminya
P. Darma
Tapi kejadian di sini, keadaan di sini, akan merembet ke daerah lain
K. Kenongo
Kalau perlu saya berani menjamin bahwa hal itu tidak akan terjadi. Saya menjamin dengan hidup saya.
P. Darma
Tidak. Saya mohon Anda punya I’tikad untuk meluruskan keadaan yang bengkok ini
K. Kenongo
Menurut pandangan orang Pengging, tak ada bengkok di sini, Pangeran
P. Darma (MEMANDANG KE ARAH SYEKH SITI JENAR)
Kalau begiitu, sebaiknya Sunan ikut kami ke Demak. Sunan berada pada kedudukan lebih baik memberikan penjelasan kepada Sri Sultan tentang apa yang terjadi di sini dan apa yang telah Sunan lakukan.
K. Kenongo
Saya tidak setuju
P. Darma
Mengapa?
K. Kenongo
Masalahnya tidak sebesar yang dibayangkan Pangeran dan Sri Sultan. Kedatangan Sunan ke Demak akan memberikan kesan seakan-akan sesuatu keonaran telah terjadi di sini. Itu tidak kami inginkan karena itu akan berarti suatu ketidak adilan dilakukan terhadap rakyat Pengging
P. Darma
Saya kira, pergi atau tidak Sunan ke Demak, itu tergantung Sunan sendiri
S. S. Jenar
Ki Ageng, mungkin ada baiknya saya pergi ke Demak dan memberikan penjelasan yang memadai bagi Sri Sultan dan para wali di sana

K. Kenongo
Itu dapat kita putuskan nanti Sunan. Tapi kita harus berunding dulu. Kita berdua.
P. Darma (KEPADA SUNAN GIRI)
Kiranya tiba saatnya kita beristirahat dulu.
K. Kenongo (PENJAGA)
Penjaga! (KEPADA KEDUA TAMU) Kita dapat melanjutkan pertemuan ini setelah Pangeran dan Sunan beristirahat. Sekarang hari terlalu panas.
ADEGAN 9
MUNCUl PENJAGA
K. Kenongo
Tunjukan jala ke tempat para tamu beristirahat (KEPADA PANGERAN DARMACARAKA DAN SUNAN GIRI) Selamat beristirahat, Pangeran, Sunan (KEDUA UTUSAN PERGI)
S.S. Jenar
Bukankah ada baiknya saya menjelaskan kepada Sri Sultan di Demak?
K. Kenongo
Sunan terlalu baik. Sunan begitu polos dan tanpa curiga. Mungkin setibanya di sana Sunan akan ditahan dan dipenjarakan. Lebih daripada itu, mungkin mereka akan membunuh Sunan!
BLACKOUT)
BABAK III
DI KERATON DEMAK SIANG HARI
ADEGAN 1
HADIR SULTAN DEMAK, SUNAN KUDUS, SUNAN KALIJAGA, SUNAN BONANG, SUNAN AMPEL, SUNAN GUNUNG JATI, SUNAN MURIA DAN SUNAN DRAJAT, KECUALI DUA ORANG PENJAGA, TAK ADA LAGI YANG LAIN HADIR
Sultan
Kami mengundang para wali yang mulia, termasuk Sunan gunung Jati jauh-jauh dari Cirebon, karena ada suatu masalah yang kami anggap penting dan perlu pemecahan yang cepat, tepat dan tuntas.
Kami kira para wali yang mulia juga mendengar tentang peristiwa gempa di Pengging. Malapetaka itu mengambil begitu banyak korban, baik bangunan mau pun harta benda, sawah dan palawija yang terkena longsor dan berpuluh jiwa penduduk. Belum lagi terhitung yang terluka, ringan mau pun berat.
Namun ternyata gempa itu telah membawa bencana lain, yang akibatnya tidak dapat diperkirakan. Kami mendapat laporan, bahwa setelah peristiwa yang menyedihkan itu, warga Pengging seperti kehilangan akal sehat mereka. Ada yang menorah bedug di mesjid, ada yang merobohkan langgar, bahkan ada yang membakar tajuk. Di atas semuanya itu, mereka meninggalkan kewajiban sembahyang dan hokum syara lainnya. Kami tidak dapat meramlakan, apa yang akan terjadi sebagai kelanjutan kejadian yang aneh dan memrihatinkan itu. namun, bagaimana pun juga, kita seyogyanya segera mengetahui inti masalahnya dan mencari pemecahan yang tepat dan cepat.
Itulah para wali yang mulia, yang mendorong kami memohon kehadiran Anda semua.
S. Gunung Jati
Kami mendengar kabar angin tentang apa yang terjadi di Pengging. Namun, kami tidak dapat memercayainya sebelum mendengar langsung dari Sri Sultan sekarang.
S. Kalijaga
Bahkan kami yang berada lebih dekat ke Pengging tidak mendapat gambaran yang jelas tentang apa yang sesungguhnya terjadi
Sultan
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, kami mengambil prakarsa dengan mengutus Pangeran Darmacaraka dan Sunan Giri. Pangeran Darmacaraka diutus untuk mengamati masalah itu dari segi kenegaraan dan keamanan, sedang Sunan Giri dari segi keagamaan. Justru hari ini kita mengharapkan kedatangan mereka berdua.
S. Drajat
Rupanya Sri Sultan sudah memikirkan semuanya dengan kemudahan kita
Sultan
Kami tidak dapat tinggal diam, para wali yang mulia. Kalau yang kita dengar itu benar adanya, kita menghadapi bahaya yang nyata. Kemurtadan rakyat Pengging akan menjadi tanggung jawab kita semua di hadapan Tuhan yang maha kuasa. Di samping itu, perbedaan yang terlalu jauh dalam tingkah laku antara kelompok masyarakat dari kelompok masyarakat lainnya di suatu kerajaan akan menimbulkan pertentangan. Kalau pertentangan ini tidak diselesaikan hingga ke akar permasalahannya, niscaya akhirnya akan membahayakan keutuhan kerajaan. Perpecahan dalam kerajaan adalah awal dari kekacauan dan kesengsaraan. Sebagai Sultan, kami bertanggung jawab secara pribadi dihadapan Tuhan yang maha adil. Dalam hubungan ini, kami benar-benar mohon bantuan para wali yang mulia.
S. Kudus
Saya merasa heran, mengapa Ki Ageng Pengging tidak datang ke Demak dan memberikan laporan yang jelas terperinci kepada Sri Sultan
Sultan
Pertanyaan Anda benar-benar mengingatkan kami. Justru sikap Ki Ageng Pengging merupakan masalah lain yang perlu penyelidikan kita
S. Kudus
Saya jadi tidak sabar untuk mendapatkan penjelasan dari Pangeran Darmacaraka.
S. G. Jati
Bagaimana dengan Syekh Siti Jenar? Bukankah beliau guru yang sangat berwibawa dan dicintai di sana? Walau pun kami berada di Cirebon, hampir ujung barat dari wilayah syiar agama, nama beliau nyaring diseur orang di sana. Pengikut-pengikut beliau banyak tersebar, bukan saja di Cirebon, melainkan juga di daerah Pasundan, Banten dan bahkan Swarnadwipa
Sultan (TERSENYUM PAHIT)
Justru itulah, Sunan. Justru kami menduga beliaulah yang menjadi biang keladi kejadian yang tidak diinginkan di Pengging itu. tentu saja atas dukungan Ki Ageng Pengging
S. Ampel
Sudi apalah Sri Sultan memberikan penjelasan lebih banyak mengenai pertalian antara Ki Ageng Pengging dengan Syekh Siti Jenar. Sukar bagi saya untuk percaya, bagaimana kedua orang itu bisa bekerjasama.
Sultan
Sunan, sudah lama sekali kami mencurigai gerak-gerik Ki Ageng Pengging. Dari keterangan-keterangan yang kami kumpulkan, sukar untuk tidak menduga bahwa Ki Ageng Pengging tidak punya hasrat buruk terhadap Demak. Para wali yang mulia tentu maklum, bahwa sisa-sisa kekuatan majapahit yang terpencar-pencar tampaknya mencari dan menemukan harapan pada Ki Ageng Pengging. Dan orang muda yang belum banyak pertimbangan ini mudah sekali kehilangan akal sehatnya karena bujukan dan pujian.
S. Kudus
Kalau benar demikian, sudah sejak dini kita harus mengendalikannya Gusti
Sultan (TERSENYUM)
Setelah para utusan kembali, kita akan segera dapat mengambil keputusan, Sunan.
S. Bonang
Saya belum mengerti, bagaimanakah Syekh Siti Jenar dapat bergabung dengan Ki Ageng Pengging kalau memang Ki Ageng Pengging mengemban cita-cita mengembalikan kekuatan Majapahit
S. Muria
Sejauh yang saya ketahui, dari ajaran-ajaran beliau, Syekh Siti Jenar menganut salah satu aliran tasawuf. Kalau saya tidak salah tafsir terhadap yang saya dengar, aliran yang dianut beliau adalah Wihdatul Wujud.
Menurut aliran ini, manusia tidak diciptakan Tuhan dalam cara yang dipercayai oleh warga kerajaan umumnya. Manusia adalah salah satu ungkapan pribadi Tuhan sendiri. manusia adalah pancaran cahaya Ilahi, manusia memiliki zat yang sama dengan Tuhan. Hanya sedang mengambil bentuk kemanusiaan.
Jelas aliran itu memilikip persamaan yang kentara sekali dengan apa yang kita temukan dalam agama Hindu. Atman yang bersemayam dalam diri menusia memiliki Zat yang sama dengan Brahman; kawula sama dengan Gusti; mahluk sama dengan khalik.
Kiranya tidaklah sukar bagi Syekh Siti Jenar bekerjasama dengan Ki Ageng Pengging, karena adanya persamaan itu.
S. Ampel
Bagi saya, yang mengenal pribadi Syekh Siti Jenar secara dekat, tidak mudah untuk dapat percaya hal seperti itu terjadi
Sultan
Itulah sebabnya kita tak dapat mengambil keputusan apa-apa sebelum kita mendengar laporan secara langsung dari Sunan Giri dan Darmacaraka, Sunan.
S. Kudus
Lepas dari hitam putihnya laporan itu, kiranya lebih bijaksana kalau kita bersiap-siap sejak dini untuk menghadapi keadaan yang lebih buruk
Sultan (TERSENYUM)
Semua bupati yang wilayahnya berbatasan dengan Pengging, secara diam-diam telah kami perintahkan untuk menyiagakan pasukan. Kalau hal yang tidak diingini dilaporkan oleh kdua utusan, Sunan langsung kami tunjuk sebagai panglima
S. Kudus
Kehormatan sebesar-besarnya bagi saya untuk memimpin pasukan gusti, Sri Sultan.
ADEGAN 2
MUNCUL PENJAGA
Penjaga (MENYEMBAH)
Pangerang Darmacaraka dan Sunan Giri mohon menghadap
Sultan
Syukurlah, silahkan beliau-beliau masuk (KEPADA PARA WALI) ini benar-benar hari baik. Kita rupanya tidak perlu menunggu lama
ADEGAN 3
MASUK PANGERAN DARMACARAKA DAN SUNAN GIRI, MEREKA MENGHATURKAN HORMAT KEPADA SULTAN DAN KEPADA YANG LAIN. MEREKA SALING MENGHATURKAN SALAM
Sultan
Selamat datang, Darmacaraka. Selamat datang Sunan. Semoga perjalanan kalian tidak membuat kalian menderita
S. Giri
Sama sekali tidak, Gusti.
P. Darma
Seandainya kami menderita di jalan, tidaklah berarti disbanding dengan pentingnya tujuan perjalanan itu gusti
Sultan
Kami benar-benar khawatir melihat airmuka kalian. Terus terang kami tidak dapat mengatakan bahwa kalian lega tiba kembali ke Demak (TERTEGUN) atau kalian akan menyampaikan berita yang menyedihkan kepada kami?
S. Giri
Mudah-mudahan tidak demikian, Gusti
P. Darma
Ya. Mungkin tidak.
Sultan
Yang lain pun pasti sudah tidak sabar hendak mendengar laporan kalian. Bukan begitu, para wali?
Semua
Ya, Gusti
P. Darma
Silakan Sunan lebih dulu melapor
S. Giri
Barangkali kemurungan kami tidak disebabkan karena kami melihat hal yang sudah pasti buruk di Pengging, Sri Sultan. Saya menyesal bahwa kami, maksud saya, saya dan Pangeran Darmacaraka, tidak sepakat tentang apa yang harus kami laporkan
P. Darma
Kami tidak sependapat, Sri Sultan
Sultan
Tidak sependapat? Jelaskanlah
S. Giri
Saya berkesimpulan bahwa tidak ada hal yang patut dicemaskan di Pengging, Pangeran Darmacaraka berpendapat sebaliknya
Sultan
Mengapa Sunan berkesimpulan tidak ada bahaya?
S. Giri
Syekh Siti Jenar dan santri-santrinya benar-benar lembut dan ramah. Dari fisik mereka itu tidak mungkin timbul pembangkangan apalagi pemberontakan.
Sultan
Apa yang Sunan maksud dengan lembut?
S. Giri
Gusti, Syekh Siti Jenar – karena persitiwa gempa yang mengerikan itu, telah berhasil menanamkan keyakinan pada santrinya tentang kerapuhan manusia. Beliau berhasil meyakinkan mereka bahwa bencana alam, penyakit dan kematian adalah bagian daripada kerapuhan manusiawi. Beliau menjelaskan kepada para santrinya bahwa manusia harus menerima semua itu dalam dua cara, yaitu ketawakalan dan belas kasih. Dua ajaran agama inilah yang benar-benar beliau tanamkan. Belas kasih terhadap terhadap sesame manusia dan mahluk lain yang senasib di dalam ikatan kerapuhan dan kefanaan itu. tawakal setiap saat secara pribadi menghadapi musibah. Keyakinan seperti itulah kiranya yang membuat para santri Syekh Siti Jenar jadi kelompok yang lemah lembut dan gairah di dalam emnolong dan membantu sesamanya.
Sultan
Tapi, benarkah berita yang kami dengar bahwa mereka meninggalkan sembahyang?
S. Giri
Benar, gusti
Sultan
Mengapa hal itu mereka lakukan?
S. Giri
Berbeda dengan para penganut mazhab yang umum di Demak, Syekh Siti Jenar menyatakan bahwa Tuhan tidak merupakan pribadi yang terpisah dari ciptaanNya. Ciptaan Tuhan adalah bagian dari Tuhan sendiri, seperti halnya cahaya memancar dari sumbernya. Tuhan adalah sumber cahaya itu, oleh karenanya sebagai pancaran dari Tuhan – betapa pun terbatas dan fananya, manusia memiliki sifat-sifat keilahian. Bagi mereka, bersembahyang berarti mengungkapkan sifat-sifat keilahian dalam diri manusia. Salah satu sifat keilahian itu ialah belas kasih, melaksanakan belas kasih di dalam hidup mereka adalah bersembahyang. Bertawakal berarti menerima hokum-hukum Tuhan dengan tabah. Ini berarti menghayati kekuasaan Tuhan dan pada saat yang sama menerima kerapuhan manusia. Bagi mereka bertawakal adalah juga sembahyang. Sudah barang tentu cara sembahyang seperti itu mereka lakukan dari saat ke saat, tidak mengenal waktu. Cara sembahyang seperti itu membuka peluang bagi mereka untuk selalu melihat hubungan yang mesra antara khalik dan mahluk dan bertingkah laku sesuai dengan itu.
Sultan
Apakah benar bahwa santri-santri Syekh Siti Jenar sering mengejek yang tidak sealiran dan menyebut mereka hidup di dalam kegelapan, kebodohan dan penuh takhayul?
S. Giri
Saya tidak menyaksikan peristiwa seperti itu. mungkin saja hal seperti itu terjadi, karena, seperti yang saya pernah dengar secara pribadi dari Syekh Siti Jenar sendiri, ada santri beliau yang berjiwa anak tanggung. Misalnya yang emnoreh bedug dan membakar mesjid itu. namun, sejauh santri yang saya temui dan saya ajak bicara, mereka umumnya orang-orang…. Katakanlah terpuji.
Sultan
Baiklah. Sebelum kami mendengarkan pendapat dari para wali lain yang mulia, kami ingin mendengarkan dulu laporan dari Darmacaraka

P. Darma
Berlainan dengan kesimpulan Sunan Giri, saya berpendapat, keadaan di pengging sangat membahayakan, Gusti. Ki Ageng Pengging adalahs eorang bangsawan yang angkuh dan bercita-cita tinggi bagi dirinya sendiri. ketika saya minta supaya dia membujuk warganya untuk menyesuaikan diri dengan warga Demak yang lain dalam bertingkah laku, ia bukannya berada di pihak Sri Sultan, malah ia merencanakan kebijaksanaan penjiitan bagi rakyatnya. Ia akan membiarkan rakyatnya melakukan hal-hal yang mereka sukai dan akan member jaminan kepada kita bahwa pajak-pajak dibayar dengan setia.
Setiap negarawan yang berpengalaman akan melihat suatu rencana di balik penyataannya itu. ia akan memungut pajak dengan lebih ketat dan kalau rakyatnya mengeluh ia langsung akan menuding, bahwa beratnya pajak-pajak itu adalah kehendak Sri Sultan. Dan dapatkah kita menjamin bahwa pajak itu sampai ke Demak? Tidakkah justru hasil pajak itu – sebagian, dia kumpulkan sendiri dan pada saat rakyat tidak tahan lagi di bawah beban pajak, ia akan memergunakan kekayaannya untuk memersenjatai mereka?
Juga perlu saya jelaskan, bukan hanya kepada Sri Sultan, akan tetapi kepada para wali yang mulia, bahwa Ki Ageng Pengging adalah seorang pemimpin berbakat. Pertemuan kami – maksud saya pertemuan saya dengan dia, dia balikkan begitu rupa, hingga bukan saya sebagai utusan Sri Sultan yang menggugat dia karena peristiwa gempa Pengging itu, melainkan sebaliknya. Dialah yang menggugat saya, atau secara tidak langsung Sri Sultan. Sebagai pemimpin berbakat dia selalu waspada dan pengerahan pasukan diperbatasannya tak luput dari pengetahuannya – atau siapa tahu dia sudah mengirim sejumlah besar mata-mata. Soal pemusatan pasukan itulah justru yang terus menerus dijadikan pokok pembicaraannya. Dia menyampaikan keluhan, bahwa pemusatan pasukan di wilayah-wilayah sekitar Pengging menggelisahkan rakyatnya, bahwa dia tidak percaya itu kebijaksanaan Sri Sultan, bahwa ia khawatir didesak oleh perwira-perwiranya untuk memersenjatai diri padahal – katanya, ia lebih suka mengerahkan dana dan daya untuk membangun sarana-sarana kemakmuran rakyatnya. Inilah salah satu bentuk penjilatan lainnya yang mungkin biasa disampaikan kepada rakyatnya di dalam berbagai kesempatan.
Sri Sultan, juga para wali yang mulia, sikap, airmuka, gerak-gerik dan perkataan-perkataan Ki Ageng Pengging sudah menjadi isyarat jelas bagi saya tentang adanya bahaya yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Namun, lebih daripada itu, kehadiran Ki Ageng Pengging ini justru pada saat kita baru saja menegakkan kerajaan dan syiar Islam. Artinya, ketika kekuatan-kekuatan kafir masih belum seluruhnya lenyap. Siapa tahu, bahkan saya yakin, Ki Ageng Pengging tidak akan ragu-ragu memanfaatkan impian-impian sia-sia dari unsure-unsur Majapahit yang masih berkeliaran di kerajaan kita.
Itulah laporan saya. Terima kasih.
Sultan
Satu hal yang belum dilaporkan oleh Darmacaraka dan Sunan Giri, yaitu hubungan Ki Ageng Pengging dengan Syekh Siti Jenar.
P. Darma
Syekh Siti Jenar tampaknya merupakan bapak rohani Ki Ageng, Gusti
S. Giri
Saya tidak mendapat kesan demikian, gusti
Sultan
Mengapa Sunan?

S. Giri
Syekh Siti Jenar tidak percaya kepada hubungan guru dan murid, Gusti
Sultan
Maksud Sunan?
S. Giri
Menurut beliau, setiap orang mendapat peluang yang sama untuk melakukan perjalanan rohani menuju khaliknya. Perjalanan ini harus dilakukan seorang diri, tak ada jalan besar menuju Khalik, yang ada adalah jalan-jalan setapak yang dirintis di dalam kesepian dan kesendirian oleh setiap orang
Sultan
Tapi bukankah Syekh Siti Jenar punya sejumlah besar santri?
S. Giri
Benar, gusti. Akan tetapi sikap beliau pada satri-santrinya lain dengan kebanyakan ulama. Beliau lebih bersikap kawan tempat bertukar pikiran dan saling membantu daripada sikap seorang penjaga gudang ilmu kepada pencahari ilmu
Sultan
Jadi menurut Sunan, ki Ageng Pengging bukan salah seorang murid beliau?
S. Giri
Syekh Siti Jenar bukan guru Ki Ageng Pengging, Gusti.
Sultan (TERSENYUM)
Saya mohon Sunan bicara lebih langsung.
S. Giri
Sukar sekali bagi saya untuk menjelaskannya, Gusti. Tapi baiklah. Banyak orang yang mengaku sebagai murid Syekh Siti Jenar karena tertarik oleh tingkah laku beliau dan ingin meniru keteladanan beliau
Memang susah orang untuk tidak terkesan oleh beliau, Gusti. Wajahnya memancarkan sinar kedamaian dan belas kasih. Beliau begitu ramah dan lembut.
P. Darma
Kesan saya berlainan – ya, bertentangan dengan kesan Sunan Giri, Gusti. Bagi saya, Syekh Siti Jenar memberikan kesan seorang ulama sederhana yang suka kerasukan. Seorang ulama pinggiran yang dengan mudah dapat dimanfaatkan oleh seorang bangsawan yang bercita-cita tinggi seperti Ki Ageng Pengging
Sultan (TERSENYUM PAHIT)
Tampaknya hubungan antara Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar pun merupakan teka-teki. Baiklah, kami ingin sekali mendengar pendapat serta saran dan usul para wali yang mulia

S. Ampel
Tidakkah ada maksud Sri Sultan memanggil Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar ke Demak?
Sultan
Hal itu sudah kami pikirkan, Sunan. Akan tetapi di dalam pembicaraan kami dengan para pembantu, kami akhirnya diputuskan bahwa kami mengirim utusan saja ke sana, di samping mulai memerkuat pasukan kita di wilayah-wilayah sekitar Pengging

P. Darma
Sudi apalah Gusti mengijinkan saya memerkuat penjelasan Gusti kepada Sunan Ampel dan para wali. Alasan mengapa kamim tidak memutuskan memanggil Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar ialah karena kami sudah memerkirakan, mereka tidak akan menuruti panggilan itu. dengan berbagai alas an mereka akan menangguhkan kedatangan mereka ke Demak atau emwakilkan kepada orang lain. Kalau pun Ki Ageng Pengging Datang ke sini, dapatkah kita memercayai lidahnya? Itulah sebabnya, kami para pembantu Sri Sultan dan atas restu beliau memutuskan untuk langsung menemui Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar di tempat mereka sambil melakukan pengamatan
S. Drajat
Namun, sebenarnya tidak ada salahnya kalau kebijakan itu dicoba atau dicoba lagi

P. Darma (TERTAWA)
Sudah kami lakukan, Sunan. Pada akhir pembicaraan, kami minta Ki Ageng Pengging sendiri melaporkan kepada Sri Sultan mengenai apa yang terjadi di sana dan segala unek-uneknya. Dan apakah yang dikatakannya kepada kami? Ia hanya mau datang ke Demak kalau pasukan-pasukan yang dipusatkan di wilayah-wilayah sekeliling Pengging dibubarkan dulu atas perintah Sri Sultan. Syekh Siti Jenar sendiri bersedia datang ke sini, tapi Ki Ageng Pengging menghalangi beliau
S. G. Jati
Menghalangi beliau?

P. Darma
Ya. Tentu saja dengan alas an yang bagus. Kata Ki Ageng Pengging kedatangan Syekh Siti Jenar seorang diri ke Demak tidak ada gunanya, karena Sri Sultan tidak akan mendapatkan gamabran yang lengkap tentang segala permasalahan di sana
S. Kalijaga
Rasanya, masalahnya benar-benar rawan.

S. Kudus
Benar, Sunan
Sultan
Baiklah. Kami benar-benar mengharapkan sumbangan saran dan pendapat para wali yang mulia

S. Muria
Mengenai tindakan Ki Ageng Pengging dan kemungkinan-kemungkinan akibatnya, saya tidak dapat berbicara banyak, karena berada di luar kemampuan saya untuk memahaminya. Yang menjadi perhatian saya adalah perihal Syekh Siti Jenar dengan ajaran dan tindakannya. Benar, bahwa para penganut aliran itu dapat mengutip ayat-ayat Al-Qur’an sebagai dalih untuk pandangan dan perilaku mereka. Walau pun begitu, khususnya dalam hal Syekh Siti jenar, masih harus dipersoalkan tentang tanggung jawabnya kepada kerajaan dan syiar Islam yang sedang giat-giatnya, di tengah-tengah, masih kuatnya ancaman dari sisa-sisa dan unsure-unsur kerajaan Majapahit, bijaksanakah Syekh Siti Jenar mengajarka aliran itu?
P. Darma
Bsudah terbukti tidak, Sunan. Bukankah ancaman Ki Ageng Pengging tidak mungkin ada tanpa tindakan Syekh Siti Jenar yang mendahuluinya!?

S. Bonang
Walau pun begitu kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan atau menimpakan tanggung jawab kepada Syekh Siti Jenar. Karena keterbatasan kita sebagai manusia, kadang-kadang I’tikad baik justru menimbulkan malapetaka, sedang I’tikad buruk tidak selalu mencelakakan, baik bagi si pemrakarsa mau pun bagi masyarakat
S. Kudus
saya bernaggapan bahwa pusat permasalahan ini terletak pada Ki Ageng Pengging. Apa pun asal mulanya, ia sudah memanfaatkan keadaan untuk tujuan-tujuan tertentu. Apa pun tujuan-tujuan itu akibatnya sudah jelas, yaitu kalau dibiarkan berlarut-larut keadaan yang diciptakannya akan merusak wibawa Sri Sultan, yang berarti merusak syiar Islam yang telah kita tegakkan bersama dengan susah payah.

S. Kalijaga
Kalau kita anggap masalah Pengging itu sebagai pohon, Ki Ageng Pengging adalah batangnya, sedang Syekh Siti Jenar adalah akarnya. Kita harus menumpas batang dan akarnya sekaligus
S. Giri
saya tak dapat menyetujui tindakan yang bersifat menyamaratakan. Itu tidak adil. Mungkin dihadapan manusia Syekh Siti Jenar berbuat keliru, akan tetapi di hadapan Tuhan ia tidak bersalah. Itu keyakinan saya.

S. Bonang
Ya. Sebaiknya kita lebih berhati-hati agar dapat bertindak adil. Saya mendengar, usaha Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar dengan para santrinya di dalam menanggulangi akibat gempa itu sangat baik, hingga orang tidak melihat bekas-bekasnya lagi sekarang
S. Giri
Sunan benar. Lebih daripada itu, rakyat Pengging seakan-akan menemukan kesadaran baru yang dapat membuat iri daerah-daerah lain. Mereka saling menolong dan saling membantu di dalam kegembiraan. Tidak tampak lagi sifat mementingkan diri sendiri, apalagi kerakusan

S. Drajat
Ingin sekali saya menyaksikan sendiri apa yang terjadi di Pengging. Terutama dalam hubungan dengan kesejahteraan masyarakat di sana setelah bencana besar itu. disamping itu, mungkin kita dapat menyumbangkan saran yang lebih baik kepada Sri Sultan setelah kita semua menyaksikan sendiri keadaan di sana
P. Darma
Bagi kami, para pembantu Sri Sultan, yang setiap hari menangani berbagai masalah, saatnya sudah tiba untuk mengambil kebijakan yang tuntas. Kami beranggapan, bahwa pengumpulan keterangan sudah cukup kami lakukan

S. G. jati
Kalau begitu, rupanya kita harus segera mengambil kesimpulan dan sikap, agar Sri Sultan segera dapat menetapkan kebijakan
S. Kalijaga
Ya, sedikitnya kebijakan sementara

S. Kudus
Rupanya kita tidak mencapai kesepakatan mengenai baik Syekh Siti jenar mau pun Ki Ageng Pengging. Kita serahkan saja pada Sri Sultan apa yang sebaiknya dilakukan
Sultan
Apa pun yang sudah disampaikan oleh Darmacaraka dan Sunan Giri serta para wali dan bagaimana pun, kesimpulan yang pasti tidak dapat kita ambil, saya harus mengucapkan terima kasih kepada semua. Dengan keterangan dan pendapat semua itu, saya merasa lebih mantap di dalam menetapkan kebijakan. Saya merasa lebih berani mengambil tanggung jawab saya sebagai Sultan, baik di hadapan Tuhan yang maha adil mau pun di hadapan manusia

Dengan ketetapan hati saya akan mengambil kebijakan berikut. Pertama, pemusatan pasukan di wilayah Penggiing tetap dipertahankan; kedua, kita akan mengutus dua orang wali dan dua orang bangsawan untuk berkunjung ke Pengging di dalam rangka menjajaki pemecahan masalah ini dengan Ki Ageng Pengging sambil mencari bahan-bahan keterangan baru; ketiga, syiar Islam akan lebih ditingkatkan, diantaranya dengan meningkatkan peringatan kepada mereka agar waspada terhadap kemungkinan penyusupan gagasan-gagasan agama lama ke dalam semangat Islam
Sekian rencana saya, mohon pendapat dan saran
ADEGAN 4
DATANG PENJAGA

Penjaga
Am pun gusti. Perwira dari wilayah Timur mohon diperkenankan masuk menghadap
Sultan (TERKEJUT)
Perwira? Persilakan masuk
ADEGAN 5
PENJAGA KELUAR, PERWIRA MASUK, MEMBERI HORMAT
Panglima
Gusti, pertempuran telah berkobar di tiga tempat di perbatasan Pengging. Pada saat shalat subuh, tiba-tiba gendering perang bergema. Beberapa perwira kerajaan gugur atau tertawan musuh
S. Giri (SEDIH)
Ya Allah
Sultan
Sunan Kudus, kami dengan resmi menyerahkan tampuk pimpinan Angkatan Perang Demak di tangan Sunan
S. Kudus
Terima kasih atas kepercayaan dan restu gusti. Adalah kehormatan bagi kami untuk menunaikan tugas ini sebaik-baiknya
P. Darma
Saya mohon diizinkan Sri Sultan mendampingi Sunan Kudus. Bagi saya ini adalah jihad terhadap sisa-sisa kekuatan Majapahit
S. Giri (SANGAT SEDIH)
Ya Allah….
BLACKOUT
BABAK IV

DI DALAM MESJID CIPTARASA, CIREBON. SIANG HARI
ADEGAN 1
TAMPAK SUNAN GUNUNG JATI, SUNAN GIRI, SUNAN KUDUS, SUNAN MURIA, SUNAN KALIJAGA, SUNAN DRAJAT, SUNAN BONANG, SUNAN AMPEL DAN PANGERAN DARMACARAKA. TERDAPAT PULA BEBERAPA ORANG PENJAGA DAN PETUGAS
S. G. Jati
Kami menghaturkan selamat datang di Cirebon kepada para wali dan pangeran yang kami muliakan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami menjadi tuan rumah bagi kunjungan mulia ini
P. Darma
Kami harus mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas kedatangan kami yang tiba-tiba ini
S.G Jati
Kami benar-benar gembira dan bangga atas kedatangan para wali dan pangeran di sini, walau pun kedatangan yang tiba-tiba inimenyebabkan kami tidak dapat menyiapkan segalanya agar kunjungan Anda semua lebih menyenangkan. Di samping itu, terus terang kami pun sedikit gugup dan heran juga
P. Darma
Untuk penyebab kegugupan itulah kami mohon maaf. Namun, semoga kegugupan dan keheranan itu segera dapat dijernihkan dengan penjelasan yang akan saya berikan dan juga nanti akan ditambah oleh Sunan Kudus
S. Kudus
Penjelasan oleh Pangeran kiranya akan cukup
P. Darma
Baiklah, kalau begitu. begini Sunan. Dengan rahmat dan lindungan Tuhan yang maha esa akhirnya kami dapat menumpas pemberontakan Pengging dan membunuh pemimpinnya. Kebo Kenongo alias Ki Ageng Pengging
S.G Jati
Syukurlah
P. Darma
Namun, Sri Sultan beranggapan bahwa masalah Pengging belum terselesaikan dengan tuntas. Hal itu disebabkan karena tokoh yang tidak dapat dipisahkan dari awal terjadinya peristiwa tersebut, masih belum dimintai pertanggung jawabannya. Tokoh itu, yaitu Syekh Siti Jenar, kebetulan berada di wilayah kekuasaan Sunan, di Cirebon ini. Kedua, banyak orang-orang Pengging sebagian besar santri-santri Syekh Siti Jenar, mengikuti guru mereka datang ke sini. Berkumpulnya orang Pengging di sini dapat merupakan ancaman baru, baik bagi Demak mau pun bagi Cirebon. Maka dalam rangka menyelesaikan persoalan Pengging secara tuntas, dan dalam rangka meletakkan landasan-landasan yang lebih kuat bagi syiar Islam, kami datang ke sini dengan membawa surat Sri Sultan bagi Sunan
MENYERAHKAN SEPUCUK SURAT, SUNAN GUNUNG JATI MEMBACANYA
S.G Jati
Sri Sultan benar-benar bijaksana. Dengan kehadiran para wali semua di sini, saya diberi peluang untuk berbagi tanggung jawab. Bagaimana pun juga ini bukan tugas ringan, walau pun sangat mulia
S. Giri
Sunan benar
S. Bonang
Ya. Tapi dengan keputusan bersama berdasarkan mufakat, tanggung jawab kita rata
P. Darma
Jadi, atas nama Sri Sultan singkatnya kami mohon izin dan bantuan Sunan dalam meneylesaikan masalah Pengging itu. pertama, kami mohon izin untuk mengerahkan sejumlah pasukan Demak untuk menjaga kemungkinan keonaran. Kedua, mohon bantuan Sunan di dalam menyelengarakan pengadilan terhadap Syekh Siti Jenar
S.G Jari
Dengan senang hati kami menerima kedua permohonan itu
P. Darma
Terima kasih Sunan

S. Kudus
Kalau begitu, kami sudah dapat mendaratkan pasukan kami, Sunan
S.G Jati
Tentu saja, silakan
S. Kudus
Kami membawa enam ratus orang perwira dan tamtama dan menyamarkan mereka sebagai pedagang dan penumpang biasa
S.G Jati
Itu sangat bijaksana
S. Kudus
Perwira, sampaikan kabar bahwa mereka sudah dapat mendarat. Ikuti petunjuk-petunjuk saya yang sudah disampaikan sebelumnya
Perwira
Baik Sunan
(PERGI)
S. Kudus
Masih ada permohonan kami kepada Sunan
S.G Jati
Silakan
S. Kudus
Berdasarkan penyelidikan, Syekh Siti Jenar memunyai banyak pengikut di sini, termasuk para bangsawan dan tokoh-tokoh masyarakat setempat
S.G Jati
Benar Sunan
S. Kudus
Agar tak ada hambatan yang tidak diinginkan, dapatkah saya minta bantuan Sunan untuk memisahkan mereka dari Syekh Siti Jenar?
S.G Jati
Maksud Sunan?
S. Kudus
Kalau mungkin, sebagai penguasa wilayah Cirebon, Sunan dapat mengundang mereka agar berkumpul di suatu tempat. Pada saat itu, kita dapat mengundang Syekh Siti jenar untuk hadir di mesjid ini
S.G Jati
Itu dapat segera dilaksanakan, Sunan (KEPADA PETUGA) Petugas, persilakan nama-nama ini untuk hadir di istana sekarang juga (PETUGA DATAG DENGAN CATATAN). Persilakan datang Pangeran Carbon, Dipati Cangkuang, Ki Paluhamba, ki Gendeng Junti, Ki Gendeng Lembah Putih, Pangerang Jagasatru, Ki Gendeng Tedeng, Ki Anggaraksa, Ki Buyut Kalijaga, Ki gendeng Sampiran, Ki Gendeng Trusmi, Ki Gendeng Carbon Girang, Ki buyut Weru, Ki buyut Kemlaka, Ki Buyut Truwak, Ki Buyut Tumkudal, pangeran Panjunan, Pangeran Cucimanah, Pangeran Kejawanan, She Juyuskani, pangeran Jaga Pura, dipati Suranenggala, Ki Gendeng Ujung Gebang, Ki Gendeng Panguragan, ki Gendeng Ender, Ki Buyut Bojong, Ki Buyut Kedongdong, ki Gendeng Tameng dan Ki Gendeng Jagapura (PETUGAS LAIN DATANG) Persilakan Syekh Siti Jenar hadir di mesjid Ciptarasa. Katakan kepada beliau bahwa saya sudah emnunggu karena ada hal yang sangat penting yang harus dirundingkan dengan beliau (PETUGAS MENYEMBAH DAN PERGI)
S. Kudus
Terima kasih Sunan
P. darma
Kiranya kita dapat membicarakan perincian tentang apa yang akan kita laksanakan. Apra wali yang mulia, kesalahan Syekh Siti Jenar yang telah secara langsung atau tidak langsung mengobarkan pemberontakan Pengging, sangatlah besar. Begitu banyak korban jatuh di dalam usaha penumpasan pemberontakan itu. begitu banyak pikiran, dana dan daya serta harta lenyap dalam peristiwa itu. untuk kesalahannya itu, tidak ada hukuman yang lebih ringan bagi Syekh Siti Jenar daripada hukuman mati dengan jalan dipancung
Ada satu hal yang menyelamatkan Syekh Siti Jenar dari hukuman itu yaitu kalau ia bersedia bekerjasama dengan kita semua untuk menghilangkan sampai ke akar-akarnya sebab musabab dan akibat-akibat pemberontakan itu. caranya ialah dengan bersedia menyatakan di depan umum bahwa ajaran yang telah disebarkannya, baik di Pengging mau pun di Cirebon adalah sesat, murtad, jindik dan kafir
HADIRIN BERGUMAM SAMAR-SAMAR
Itulah petunjuk yang diberikan Sri Sultan kepada kami, Sri Sultan juga mohon kesediaan Sunan Kudus dan Sunan Giri menjadi jaksa penuntut dalam persidangan ini
S. Giri (TERKEJUT)
Saya?
P. Darma
Ya. Sri Sultan menyatakan bahwa Sunan cocok untuk menjelaskan kesalahan Syekh Siti Jenar dari segi keagamaan
S. Giri
Sunan Muria lebih cocok daripada saya, saya tidak merasa mampu, padahal pengadilan ini harus menghasilkan keputusan yang seadil-adilnya
P. Darma
Amanat Sri Sultan tidak dapat saya abaikan. Saya harus melaksanakannya
S. Giri
Saya mohon sidang memertimbangkan penunjukan saya
P. Darma
Ini keputusan Sri Sultan. Saya kira sidang pun tidak akan keberatan. Di samping itu, saya kira Sunan Giri tidak keberatan melaksanakan syiar Islam yang dibebankan kepada beliau
S. Kalijaga (KEPADA SUNAN GIRI)
Ya, Sunan. Anggaplah persetujuan Sunan untuk pengangkatan itu sebagai itikad Sunan dalam usaha penumpasan unsure pendukung Majapahit sampai ke akar-akarnya
S. Giri (SETELAH TERTEGUN)
Seandainya nanti pembelaan Syekh Siti jenar kuat, dapatkah beliau membebaskan diri dari hukuman mati?
P. Darma
Barangkali pertanyaan itu harus dirumuskan secara lain, Sunan. Apakah kalau Syekh Siti Jenar tidak mengaku bersalah ia dapat dibiarkan hidup tanpa membahayakan syiar Islam?
S. Giri
Adakah jalan ketiga, misalnya hukuman mati diganti dengan hukuman buang? Mungkin itu lebih adil
P. Darma
Saya kira kita perlu menyadari bahwa melalui pengadilan ini, kita tidak hanya mengambil putusan tentang penghukuman atau pembebasan Syekh Siti Jenar, melainkan juga putusan mengenai peletakan dasar-dasar syiar Islam di masa depan dan pengokohan dasar-dasar kerajaan Islam seperti Demak dan Cirebon. Dan –kalau boleh saya tambahkan pencegahan terhadap kemungkinan kembali bangkitnya Majapahit
ADEGAN 2
MUNCUL PETUGAS YANG DIMINTA MENGUNDANG SYEKH SITI JENAR
Petugas
Sunan, undangan sudah saya sampaikan, tapi…
S.G Jati
Tapi apa?
Petugas
Beliau mengatakan kepada saya bahwa Syekh Siti Jenar tidak ada, yang ada adalah Tuhan
P. Darma (TERDENGAR GUMAM ISTIGFAR DARI EBBERAPA WALI)
Nah, nah! Para wali yang mulia kiranya sependapat dengan saya bahwa lelucon ini tidak lucu
S. Giri
Belum tentu beliau bermaksud berlelucon
P. Darma
Lelucon atau bukan, bagi saya tetap tidak lucu
S. Kudus
Bagaimana kalau saya memergunakan prajurit untuk memaksa beliau hadir di sini?
S. Giri
Saya kira belum saatnya dilakukan
S. Kalijaga
Tetapi kita tidak dapat membiarkan beliau berlaku demikian terhadap kita
P.Darma
Sunan benar
S.G Jati
Ada usul lain?
S. Muria
Mengapa tidak kita pancing dengan umpannya sendiri?
S. Kudus
Maksud Sunan bagaimana?
S. Muria
Katakan pada beliau bahwa Sunan Gunung jati mengundang Tuhan untuk hadir di mesjid Ciptarasa
P. Darma
Kita tidak dapat menghadapi orang yang kekanak-kanakan dengan sikap kebocah-bocahan
S. Muria
Saya menduga bahwa Syekh Siti Jenar menyembunyikan maskud-maksud tertentu di belakang leluconnya ini
S. Bonang
Sebelum memergunakan kekerasan, ada baiknya cara yang diusulkan Sunan Muria dicoba
S.G Jati
Saya kira memang dapat dicoba. Petugas, kembalilah pada beliau, katakan bahwa Sunan gunung Jari memersilakan Tuhan untuk hadir sekarang juga di Mesjid Ciptarasa
Petugas
Baik, Sunan
MENYEMBAH DAN PERGI
P. Darma
Tidak apa kita mencoba dengan cara itu. walau pun begitu, kita tidak boleh membiarkan kita dipermainkan
S. Giri
Beliau tidak main-main, pangeran
P. Darma
Apa boleh buat, saya tak dapat menganggapnya sebagai perbuatan yang sungguh-sungguh, atau perbuatan orang dewasa
S. Kalijaga
Saya tak menyangka beliau akan melakukan hal ini terhadap kita
P. Darma
Kita bukan apa-apa dibanding dengan perbuatan beliau yang telah menjatuhkan beratus-ratus korban jiwa dalam pertempuran di Palagan Pengging
ADEGAN 3
MUNCUL PERWIRA MENGHADAP SUNAN KUDUS
Perwira
Semua perintah sudah dilaksanakan
S. Kudus
Baik. Siap di tempat masing-masing. tunggu perintah selanjutnya
Perwira
Baik, Sunan
MENGUNDURKAN DIRI
ADEGAN 4
S.G Jati
Seandainya terjadi apa-apa yang tidak kita harapkan, Sunan jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan pada saya. Pasukan Cirebon dapat bahu membahu dengan pasukan Sunan
S. Kudus
Saya harap, dan saya kira tidak akan terjadi apa-apa. Kita hanya perlu siaga saja. Di samping itu, Sunan sudah mengumpulkan tokoh-tokoh berpengaruh pengikut Syekh Siti Jenar di satu tempat
S.G. Jati
Ya, mudah-mudahan semua sudah ada di istana sekarang. Apakah menurut pendapat Sunan perlu ada tindakan-tindakan penjagaan di sana untuk mencegah agar mereka tidak meninggalkan istana sebelum acara pengadilan selesai?
S. Kudus
Saya kira itu baik. Tentu saja jangan sampai kentara. Kita tidak ingin usaha kita di sini menimbulkan keonaran
ADEGAN 5
MUNCUL PETUGAS, LANGSUNG MENGHADAP KEPADA SUNAN GUNUNG JATI
Petugas
Sunan, beliau mengatakan, Tuhan tidak ada yang ada Syekh Siti Jenar
P. Darma (HADIRIN BERGUMAM ISTIGFAR)
Akh, rupanya beliau tidak biasa menyantap umpan beliau sendiri. baiklah barangkali kita sudah cukup dipermainkannya
S. Kalijaga
Ya, sudah cukup
P. Darma
Sunan Kudus, barangkali tikus itu memerlukan kucing-kucing Anda
S. Muria
Nanti dulu
S. Giri
Benar. Lebih baik kita tidak memaksakan beliau dengan kekerasan
P. Darma
Adakah usul Sunan Giri?
S. Giri
Sunan Gunung Jati sudi apalah Sunan mengutus kembali petugas untuk mengundang Syekh Siti Jenar dan Tuhan sekaligus
P. Darma (TERTAWA PAHIT)
Beliau berhasil mengajak kita semua main petak umpet
S.G Jati
Apa boleh buat (KEPADA PETUGA) Katakan pada beliau, Sunan Gunung Jati mengundang Syekh Siti jenar dan Tuhan (PETUGAS MENYEMBAH DAN PERGI)
S. Bonang (TERTAWA PAHIT)
Saya tidak tahu apa yang harus saya pikirkan dan saya katakan
P. Darma
Jangan risau Sunan, kita sedang bermain-main (TERTAWA) kita sedang bermain sandiwara. Santai saja.
S. Kalijaga
Kita dipermainkan
ADEGAN 6
MUNCUL PETUGA LAIN LANGSUNG MENGHADAP SUNAN GUNUNG JATI
Petugas
Para tokoh masyarakat sudah menunggu Sunan di istana
S.G. Jati
Bagus. Katakan pada mereka bahwa kami akan datang dan persilakan mereka menunggu (PETUGAS HENDAK PERGI) Petugas! Katakan pada mereka bahwa mereka diharapkan tidak meninggalkan istana sebelum kami datang
Petugas
Baik, Sunan (MENYEMBAH DAN PERGI)
S.G Jati (KEPADA SUNAN KUDUS)
Perlukah mereka dijaga?
S. Kudus
Saya kira tidak perlu Sunan. Namun kalau Cuma pengawasan tidak akan terlalu kentara (KEPADA PERWIRA LAIN) Perwira!
Perwira Lain
Ya, Sunan.
S. Kudus
Awasi istana. Kalau ada bangsawan yang meninggalkan segera laporkan. Tugaskan prajurit mengikuti bangsawan yang meninggalkan istana
Perwira
Baik, Sunan
PERGI
ADEGAN 7
TERDENGAR SAYUP-SAYUP PUJI-PUJIAN SEPERTI BARZANZI. PARA WALI DAN HADIRIN DI MESJID BANGKIT
S.G Jati
Beliau datang
P. Darma
Siapakah mereka yang bernyanyi itu?
S.G Jati
Itulah santri-santri Syekh Siti Jenar
P.Darma
Sunan Kudus, mungkin Sunan harus menyiapkan pasukan kita
S. Kudus
Mereka sudah siap siaga, walau pun tidak kentara. Mereka bercampur dengan orang-orang biasa dan berpakaian biasa
S.G Jati
Tak ada yang perlu dirisaukan. Santri-santri itu tidak sedikit pun bersifat perwira. Mereka lemah lembut dan tidak bersenjata. Mereka Cuma pandai menyanyi, walau kadang nyanyian mereka meremangkan bulu roma
ADEGAN 8
MUNCUL SYEKH SITI JENAR, MEMBERI HORMAT DAN TERTEGUN BEBERAPA LAMA DI DEPAN PINTU SERAYA MEMANDANG KE SEKELILING DENGAN TERSENYUM
S.G Jati
Silakan duduk, Sunan. Terima kasih atas kesediaan Sunan memenuhi undangan kami (SYEKH SITI JENAR DUDUK)
S.S Jenar
Adalah kebahagiaan bagi saya untuk dapat berkumpul dengan para wali yang mulia. Pasti yang mulia pangeran dan para wali sedang menyenggarakan acara yang sangat penting
P. Darma
Kiranya Sunan sudah menduga
S.S Jenar
Firasat saya mengatakan begitu
P. Darma
Kami menangkap Sunan dan akan mengadili Sunan sehubungan dengan keterlibatan Sunan dalam peristiwa pemberontakan Kebo Kenongo alias Ki Ageng Pengging
S.S Jenar
Dalam cara apa saya terlibat pemberontakan itu?
P. Darma
Sunan Kudus dan Sunan Giri akan menjelaskan dakwaan rakyat dan kerajaan Demak mau pun daerah Cirebon terhadap Sunan (KEPADA SUNAN KUDUS DAN SUNAN GIRI) Sunan, dipersilakan maju (SUNAN KUDUS MAJU LEBIH DULU)
S. Kudus
Sunan, kami berpendapat bahwa Sunan telah mendorong Kebo Kenongo alias Ki Ageng Pengging melakukan pemerontakkan terhadap kekuasaan yang syah serta rajanya, yaitu Sri Sultan Demak dan dengan demikian Sunan telah pula menyebabkan terjadinya pemberontakan terhadap pusat kekuasaan syiar Islam di pulau Jawa. Pemberontakan yang diantaranya merupakan akibat dari dorongan Sunan itu telah mengakibatkan kerusakan dan jatuhnya korban, baik dalam bentuk harta, dana, daya dan bahkan berates nyawa manusia; tak terhitung penderitaan batin sebagai akibat sampingan peperangan itu.
Oleh karena itu, kalau tidak mengaku bersalah dan mengatakan penyesalan serta berjanji akan membantu memerbaiki sebagian dari kerusakan yang diakibatkan oleh pemberontakan itu, kerajaan atas nama masyarakat dan agama, seyogyanya menimpakan hukuman seberat-beratnya kepada Sunan. Pahamkah Sunan akan dakwaan kami?
S.S Jenar
Ya
S.Kudus
Terima kasih. Apakah Sunan mengaku bersalah dan merasa menyesal!?
S.S Jenar
Tidak
S. Kudus
Betul? Sadarkah Sunan akan akibat sikap Sunan?
S.S Jenar
Ya. Saya tidak bersalah dan tidak ada yang patut saya sesalkan. Pemberontakan Ki Ageng Pengging adalah tanggung jawabnya sendiri
S. Kudus
Tapi ki Ageng Pengging tidak mungkin berontak tanpa ajaran Sunan sebagai dalih dan pijakan
S. S Jenar
Banyak bangsawan-bangsawan yang belajar kepada saya, misalnya di wilayah Cirebon ini, tapi mereka tidak angkat senjata terhadap Sunan Gunung Jati
S. Kudus
Tapi mereka bukan Ki Ageng Pengging
S.S Jenar
Ajaran yang mereka pelajari tak berbeda. Oleh karena itu, ajaran saya dan saya sendiri tidak terlibat dalam pemberontakan itu.
S. Kudus
Tadi Sunan mengatakan bahwa bangsawan-bangsawan di sini tidak berontak terhadap Sunan gunung Jati. Baiklah. Tapi sadarkah Sunan bahwa ada orang seperti Ki Ageng Pengging yang dapat menyalahgunakan ajaran Sunan?
S.S. Jenar (TERSENYUM)
Kalau begitu, Anda dapat mendakwa Tuhan
S. Kudus
Ya?
S.S Jenar
Salahkah Tuhan menciptakan besi, yang dijadikan bajak oleh petani tapi pedang oleh penjahat? Walau pun besi ke punyaan Tuhan, adalah tanggung jawab petani dan penjahat dalam hal penggunaannya. Saya punya ajaran, penggunaan ajaran saya dan orang lain – termasuk Ki Ageng Pengging, bukan tanggung jawab saya –
P. Darma (SUNAN KUDUS TERTEGUN
Sunan Giri, silakan ambil giliran Sunan
(SUNAN GIRI MAJU)
S. Giri
Sunan, tadi Sunan menarik pengamatan Sunan atas rasa tanggung jawab. Secara nalar mungkin benar bahwa Sunan tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang ini. Namun seharusnya Sunan dapat meramalkan bahwa ajaran Sunan itu dapat membawa akibat-akibat yang tidak dikehendaki seperti telah terbukti. Tidakkah ada penyesalan Sunan untuk segala malapetaka yang diakibatkan peperangan?
S.S Jenar (TERSENYUM)
Seandainya peperangan itu disebabkan oleh ajaran saya, saya akan menyesal. Tapi peperangan itu dilakukan oleh Ki Ageng Pengging dan Sri Sultan
S. Giri
Tidakkah Sunan merasa bersedih dengan banyaknya korban yang jatuh dalam peperangan itu?
S.S Jenar
Kesedihan saya tidak ada hubungannya dengan ajaran saya
S. Kudus
Tapi bukankah Ki Ageng pengging tidak mungkin melakukan pemeberontakan tanpa ajaran Sunan?
S.S Jenar
Kalau saya dapat disalahkan karena ajaran saya, maka sidang ini harus juga mendakwa gempa, banjir, penyakit dan malaikat maut sendiri. orang dapat memahami, menghayati dan menganut ajaran saya karena berbagai musibah. Dalam hubungan dengan perkara saya ini, silakan sidang mendakwa gempa di Pengging, karena tanpa gempa itu tidak mungkin begitu banyak orang menghayati ajaran saya. Saya hanya dapat Anda dakwa dan Anda hokum kalau Anda dapat mendakwa dan menghukum gempa itu
P. Darma (SETELAH HENING)
Walau pun Sunan Kudus dan Sunan Giri bertindak sebagai pendakwa utama, tidaklah berarti para wali yang mulia tidak mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan atau dakwaan
S. Muria
Anda mengaku diri Anda sebagai Tuhan, bukankah itu murtad?
S.S Jenar
Kalau begitu, Anda sekalian juga murtad
S. Muria
Mengapa?
S.S Jenar
Anda mengundang Syekh Siti Jenar dan Tuhan ke sidang ini. Itu berarti Anda mengakui kemanunggalan Syekh Siti Jenar dengan Tuhan
S. Muria
Ini silat lidah!
S. Giri (KEPADA SUNAN MURIA)
Sabar, Sunan. (KEPADA SYEKH SITI JENAR) Sunan, waktu Anda menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar tidak ada dan yang ada Tuhan, apa maksud Anda?
S.S Jenar
Jawaban saya tidak ada hubungannya lagi dengan pengadilan ini
S. Muria
Tidak benar! Jawaban Anda sangat penting
S.Kalijaga
Ya, Jawablah!
S. Giri
Jelaskanlah pada sidang, apa yang Anda maksud?
S.S Jenar
Kalau rebung mengatakan dirinya bamboo, salahkah rebung?
S. Giri
Sampai satu batas salah, tapi sampai batas tertentu benar
S.S Jenar
Saya adalah rebung yang mengaku diri saya bambu
P. Darma
Sunan Kudus, saya mohon Anda tidak melayani Syekh Siti Jenar bersilat lidah
S. Giri
Barangkali keterangan Sunan tidak jelas bagi Pangeran Darmacaraka

S.S Jenar
Kalau embun menyebut dirinya samudera, salahkah embun?
S. Giri
Salah dan benar
S.S Jenar
Saya adalah embun, dapatkah Anda mendakwa embun?
P. Darma
Ini pengadilan, bukan gelanggang silat lidah atau teka-teki
S. Bonang
Saya ingin mengajukan pertanyaan kepada Anda, Syekh Siti Jenar
S.S Jenar
Silakan
S. Bonang
Anda mengajarkan tafsiran khusus terhadap Al-Quran yang berbeda dengan tafsiran yang dikehendaki Sultan. Akibatnya, terjadi pemberontakan Ki Ageng Pengging. Tidakkah Anda merasa bersalah sedikit pun, merasa ikut bertanggung jawab sedikit pun, merasa sedih sedikit pun?
S.S Jenar
Pertama, saya tidak pernah mengajarkan. Saya hanya bertanya jawab dengan mereka yang datang kepada saya mengenai ayat-ayat Al Qur’an. Kedua, saya tidak mengetahui tafsiran yang diinginkan Sri Sultan, karena saya tidak pernah belajar dari beliau. Ketiga, perasaan saya tentang pemberontakan tidak ada hubungannya dengan tanggung jawab saya dalam pemberontakan yang memang tidak ada
S. Kalijaga (MARAH)
Orang ini memang tidak hendak memertanggung jawabkan perbuatannya. Ia telah memermainkan kita dengan silat lidahnya, ia tak punya rasa hormat sedikit pun dengan sidang ini. Kita datang ke sini bukan untuk menjadi mainannya, akan tetapi untuk menghukum orang yang dosanya sudah jelas. Ia telah memutar balikan makna ayat-ayat Al Qur’anul Karim, ia telah menyesatkan khalayak dan menjadi bapak rohani bangsawan pemberontak. Secara langsung dan tidak langsung ia adalah sebab pemberontakan yang mengguncang Demak dan syiar Islam. Secara langsung dan tidak langsung ia hampir berhasil membangkitkan kembali kerajaan Majapahit yang kafir itu dari puing-puingnya.
S.Muria
Dan untuk semua itu ia pantas dihukum pancung
S. Giri
Sabar, para wali yang mulias
S.Bonang (KEPADA DARMACARAKA)
Bagaimana kalau sidang beristirahat sejenak? Suasana sudah terlalu panas
P. Darma
Sebentar Sunan (KEPADA SIDANG) Kiranya Anda semua sependapat dengan Sunan Kalijaga, bahwa saatnya tiba bagi kita untuk menetapkan keputusan pengadilan ini
S.Giri
Apakah tidak terlalu tergesa?
P. Darma
Kita tidak memerlukan silat lidah lebih lama lagi (KEPADA SIDANG) Jadi saatnya sekarang tiba bagi kita untuk memutuskan apakah Syekh Siti Jenar bersalah atau tidak. Sidang yang kami muliakan, apakah Syekh Siti Jenar bersalah dank arena itu harus dihukum atau tidak?
Para Wali (TIDAK SEREMPAK, AGAK RAGU-RAGU)
Bersalah
P. Darma
Mohon lebh tegas
Para Wali (KECUALI SUNAN GIRI)
Bersalah!
P. Darma (KEPADA SYEKH SITI JENAR)
Sunan, Anda sudah mendengar keputusan sidang ini. Kini adalah tugas saya untuk memberikan penejlasan tentang beberapa hal yang perlu Anda ketahui. Pertaman, hukuman untuk barangsiapa yang terlibat dalam pemberontakan ini adalah hokum mati dengan jalan dipancung. Kedua, atas kemurahan hati Sri Sultan, Sunan mendapat peluang untuk dibebaskan dari hukuman mati dengan syarat Sunan menyatakan di depan umum bahwa ajaran Sunan itu sesat dan murtad (BERHENTI SEJENAK) Kami tidak meminta Sunan sekarang juga. Kami member kesempatan kepada Sunan untuk memikirkannya dengan tenang selama kami beristirahat (KEPADA PARA WALI) Saatnya tiba kita meninggalkan Syekh Siti Jenar untuk mengambil keputusan beliau
S.G Jati
Silakan
(MEREKA MENINGGALKAN PENTAS KECUALI SUNAN GIRI)
S. Giri
Walau pun bagi Anda hidup dan mati sama saja, saya mohon Anda memilih hidup
S.S Jenar (TERSENYUM)
Terima kasih atas pengertian dan kehangatan Anda terhadap saya selama ini. Anda berbeda dengan yang lain, walau seperti yang lain Anda menginginkan saya hidup, jangan risau Sunan. Tak ada pedang yang mempan memotong cahaya, pedang hanya dapat memotong lumpur dan saya memilih yang terbaik bagi semua. Sekarang, tinggalkanlah saya
(SUNAN GIRI PERGI; HANYA SEORANG PENJAGA YANG TINGGAL)
ADEGAN 9
SYEKH SITI JENAR MEMBACA ISTIGFAR, MAKIN LAMA MAKIN NYARING, TERDENGAR KOOR ISTIGFAR SEBAGAI LATAR BELAKANG, BERSAMA KOOR ITU CAHAYA BERUBAH WARNA PERLAHAN-LAHAN. PENJAGA MEMANDANG KE ARAH SYEKH SITI JENAR KEHERANAN DAN BERDIRI SEPERTI PATUNG. MUNCUL JIBRIL
Jibril
Mengakulah kau bersalah, ya Siti Jenar
S.S Jenar
Kau tak berkepentingan dalam perkara ini
Jibril
Aku ingin menyelamatkanmu
S.S Jenar
Telah kuselamatkan diriku sendiri
Jibril
Omong kosong. Kalau kau mati dipancung, kau langsung masuk neraka jahanam dan jadi bahan bakar untuk selama-lamanya. Kalau kau hidup kau punya kesempatan untuk bertobat
S.S Jenar
Bawalah nerakamu untuk menakut-nakuti anak-anak
Jibril
Bagaimana pun juga kau mahluk darah daging. Tidakkah mati bergelimang darah membuatmu gamang?
S.S Jenar
Bunga yang layu ditangkai, takutkah ia jatuh ke bumi, bunga yang dipetik untuk sanggul pengantin, takutkah ia layu?
Jibril
Tetapi malaikat maut sendiri sedikitnya membuatmu gamang karena masih asing bagimu
S.S Jenar
Aku gamang seperti seorang gadis menjelang malam penganti
Jibril
Kau tak mengakui bahwa tak ada peristiwa yang lebih mengguncangkan dalam riwayat seseorang selain kematian, apalagi kematian seperti yang kau hadapi
S.S Jenar
Tak ada yang lebih wajar daripada kematian. Tak ada yang lebih wajar daripada awan yang melalui sungai pulang ke samudera; biji kembali ke pohon melalui tanah. Tak ada yang lebih wajar daripada mahluk kembali kepada khalik, yang fana kepada baka, karena tiada yang fana kalau tiada yang baka, tiada yang baka kalau tiada yang fana, tiada yang fana kalau tiada yang baka astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim
(SEMENTARA KOOR BANGKIT BERTAMBAH NYARING, JIBRIIL MENINGGALKAN PENTAS DAN MENGHILANG)
ADEGAN 10
MUNCUL IBLIS. BAHAKNYA MENGGEMA DI TENGAH-TENGAH KOOR, KOOR MELEMAH, SOSOK IBLIS SEMAKIN JELAS. KOOR MENJADI LATAR BELAKANG DIALOG IBLIS DAN SYEKH SITI JENAR
Iblis
Kau hebat! Jangan tarik ajaranmu. Kau punya harga diri. Kau juga tahu, pengetahuan mereka tentang yang gahib tak banyak. Tidak banyak! Itulah sebabnya mereka segan dan benci padamu. Bersedialah mati bagi harga dirimu. Tanpa harga diri, manusia tak ada harganya
S.S Jenar (TERTAWA)
Ini bukan urusan harga diri. Harga diri hanya berarti bagi mereka yang tak yakin akan dirinya. Aku tidak peduli apakah orang lain menghargaiku atau tidak
Iblis (TERTEGUN)
Walau pun begitu, kau memang harus mati. Kau akan dianggap suhada oleh pengikut-pengikutmu. Mereka akan berjuang lebih hebat lagi terhadap Demak karena kematianmu. Kau akan lebih kuat dalam kematian daripada kau hidup
S.S Jenar
Kalau aku mati, itu bukan untuk jadi syuhada
Iblis
Omong kosong! Dalam hati kecilmu kau bayangkan bagaimana pengikut-pengikutmu menyerukan namamu di bawah kibaran panji-panji berwarna-warni. Dalam hati kecilmu kau bayangkan gelombang demi gelombang pasukan menghambur menenggelammkan Demak demi Demak sepanjang zaman
S.S Jenar
Kau tahu, aku bersedia mati bukan demi jatuhnya korban lebih banyak lagi di medan perang demi medan perang
Iblis
Kalau hidupmu sudah menyulut api peperangan, kau kira untuk apa kematianmu kecuali untuk mengobarkan lebih banyak peperangan lagi?
S.S Jenar
Aku mati demi Allah
Iblis
Demi Allah?
S.S Jenar
Ya, kalau mereka ingin membunuhku, hal itu disebabkan karena aku melaksanakan tugasku sebagai khalifah di muka bumi dan mengajak yang lain melakukan hal yang sama
Iblis
Alangkah sombong kau ya Siti Jenar! Bukankah mereka ingin menghukummu semuanya adalah pemimpin dan khalifah di muka bumi!?
S.S Jenar
Ya karena mereka merasa berhak mengatur orang lain
Iblis
Kau selalu menginginka dirimu sendiri
S.S Jenar
Kau kehabisan dalih Iblis
ADEGAN 11
TIBA-TIBA KOOR BERHENTI. IBLIS CEPAT MENGHILANG, CAHAYA KEMBALI NORMAL. MUNCUL P. DARMACARAKA DAN PARA WALI, PENJAGA TERJAGA
Penjaga
Pangeran, saya kira Syekh Siti Jenar kerasukan
P. Darma
Itu kebiasaan beliau (KEPADA PARA WALI) Kini saatnya tiba untuk mendapatkan jawaban dari Syekh Siti Jenar, Sunan. Yang manakah pilihan Sunan?
S.S Jenar
Saya memilih mati
P. Darma
Mati?
S.S Jenar
Ya
P. Darma
Tidakkah Sunan keliru?
S.S Jenar (TERSENYUM)
Saya memilih hukuman pancung (HENING)
P.Darma
Keputusan Sunan sangat penting, baik bagi Sunan mau pun bagi syiar islam. Saya mohon Sunan maklum akan hal itu
S.S Jenar
Saya maklum
P.Darma
Mengapa Anda tidak memilih yang lebih baik bagi Anda sendiri dan bagi syiar Islam?
S.S Jenar
Saya memilih yang seharusnya saya pilih. Saya memilih yang terbaik bagi saya
(HADIRIN BERGUMAM)
P.Darma
Apa boleh buat (MELIRIK KE ARAH PARA WALI)kalau begitu tak ada pilihan lain. Pengadilan ini menyatakan dengan keyakinan bahwa Syekh Siti Jenar alias Syekh Jabranta alias Syekh Abduljalil telah bersalah menyebarkan ajaran sesat dan membahayakan baik kehidupan rohani masyarakat mau pun ketentraman umum. Bahwa karena perbuatannya itu yang bersangkutan secara langsung dan tidak langsung telah menjadi salah seorang penyebab pemberontakan Pengging, karena perbuatannya itu, masyarakat, syiar islam dan kerajaan Demak telah dirugikan dengan bangkitnya kembali unsure-unsur kerajaan Majapahit, baik sebagai kekuatan rohani mau pun jasmani. Atas kesalahan-kesalahannya itu, sidang dengan kayakinan menajtuhkan hukuman mati kepada Syekh Siti Jenar dengan jalan dipancung (HENING) (KEPADA SYEKH SITI JENAR) adakah yang akan Sunan katakan? Adakah permintaan terakhir?
S.S Jenar
Tidak ada
P.Darma
Pelaksanaan hukuma akan segera dilakukan. Penyelenggara adalah penguasa setempat, Sunan Gunung Jati.
ADEGAN 12

MUNCUL SEORANG PETUGAS MEMBAWA PEDANG DI ATAS BAKI. IA BERJALAN KE ARAH SUNAN GUNUNG JATI DIIKUTI ALGOJO. SUNAN GUNUNG JATI MENGAMBIL PEDANG ITU, MENCABUT DARI SARUNGNYA DAN MENYERAHKAN KEPADA ALGOJO. SEMENTARA SYEKH SITI JENAR DIPEGANG OLEH DUA ORANG PRAJURIT DAN DIBAWA MENINGGALKAN RUANGAN
S. Kudus (KEPADA SUNAN GUNUNG JATI)
Sebagian besar pasukan berada di sekitar alun-alun. Sebagian kecil di istana
S.G Jati
Baik Sunan. Saya sudah pula memerintahkan agar pasukan Cirebon bergabung di bawah perintah Sunan
S. Kudus
Terima kasih Sunan
PARA WALI MENINGGALKAN RUANGAN
ADEGAN 13
SETELAH SEJENAK PENTAS KOSONG, MUNCUL SUNAN GIRI DIIRINGKAN BERTURUT-TURUT OLEH SUNAN BONANG, SUNAN AMPEL, DAN SUNAN DRAJAT. MEREKA KEMUDIAN DUDUK DI PENTAS. TAMPAK KEMURUNGAN MENGUASAI MEREKA. SAYUP-SAYUP MULAI TERDENGAR BERIRAMA BACAAN ASTAGFIRULLAHALADZIM-LAILAHAILALLAH TERUS MENERUS, MAKINLAMA MAKIN NYARING DAN DALAM IRAMA YANG TETAP BERSAMA NAIKNYA SUARA ITU LAMPU BERUBAH WARNA. KETIKA KENYARINGAN MENCAPAI PUNCAKNYA, BUNYI YANG KERAS YANG MENYARANKAN BUNYI PEDANG MENGENAI LANDASAN PANCUNG TERDENGAR BERSAMAAN DENGAN MEJADI MERAH DARAHNYA CAHAYA DIPENTAS. CAHAYA KEMBALI NORMAL, SUARA BERHENTI, SUASANA HENING. PARA WALI MEMANDANG KE ARAH PINTU, LALU BERDIRI
ADEGAN 14
MUNCUL P. DARMACARAKA BERSAMA WALI-WALI LAIN
P.Darma
Pekerjaan telah dapat diselesaikan dengan lancar dan baik. Semoga semuanya bermanfaat bagi syiar Islam umumnya bagi kerajaan khususnya. Atas nama Sri Sultan saya mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah berperan serta dalam pelaksanaan tugas mulia ini. Khususnya kepada Sunan Gunung Jati, penguasa yang dimuliakan di wilayah Cirebon, sekali lagi atas nama Demak kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya
S.G Jati
Sewajarnya kerajaan-kerajaan yang beragama Islam bersahabat dan saling bantu
ADEGAN 15
MUNCUL PENJAGA
Penjaga (KEPADA SUNAN GUNUNG JATI)
Beberapa santri Syekh Siti Jenar mohon menghadap
S.G Jati
Silakan mereka masuk
P.Darma
Kita harus hati-hati terhadap mereka. Mungkin mereka berniat berbuat onar
S.G Jati
Mereka tak suka kekerasan, pangeran. Tidak usah khawatir (KEPADA PENJAGA) Silakan mereka masuk
ADEGAN 16
MUNCUL DUA ATAU TIGA ORANG SANTRI SYEKH SITI JENAR, MEREKA MEMBERI HORMAT
S.G Jati
Apa yang akan kalian sampaikan?
Santri 1
Kami mohon kiranya diizinkan membawa jenazah Syekh Siti Jenar untuk menguburkannya
S.G Jati
Tak ada alas an bagi kami untuk menolak permohonan kalian
P. Darma
Sebentar Sunan! Kami mendapat tugas dari Sri Sultan Demak bukan saja menghukum Syekh Siti Jenar tapi juga menguburkannya. Tapi sebenarnya tidaklah jadi persoalan bagi para santri ini, asal mereka member kesempatan kepada kita melaksanakan tugas. Kita akan menguburkan jenazah Syekh Siti Jenar dan dalam tiga hari kalian dapat menggalinya kembali dan memindahkannya ke tempat pilihan kalian
Santri 1 (SETELAH BERUNDING DENGAN KAWAN-KAWANNYA)
Cukup baik bagi kami, pangeran. Kami akan megambil jenazah dari kuburannya dalam tiga hari
P.Darma
Bagus
Santri 1
Kami mengucapkan beribu terima kasih dan mohon diri (MEREKA UNDUR DIRI)
P. Darma (KEPADA SUNAN GUNUNG JATI)
Maaf Sunan, saya menyela. Para wali yang mulia, ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk membuat mukjizat! Sebuah mukjizat demi syiar Islam!
S.G Jati
Kami belum paham Pangeran
P.Darma
Kita kuburkan jenazah Syekh Siti Jenar dengan sepantasnya. Di dalam tiga hari kita ada kesempatan untuk mencari dan menemukan binatang yang paling hina dan paling cocok untuk menggantikan jenazah Syekh Siti Jenar. Kita akan memindahkan jenazah itu mendahului santri-santrinya. Kita pancung anjing kudisan dan kita kubur di tempat Syekh Siti Jenar. Dan….pada saat santri-santri menggalinya, mereka tidak akan menemukan Syekh Siti Jenar melainkan Syekh Siti Jenar yang berubah menjadi anjing. Karena dosa-dosanya, Tuhan telah membuat mukjizat dengan mengutuknya menjadi anjing. Sebagai peringatan kepada mereka agar tidak emngikuti ajaran Syekh Siti Jenar. Tuhan telah menganugerahkan mukjizat pada kita! Mukjizat yang kita tunggu-tunggu
(TERTAWA GEMBIRA)
BLACKOUT
SELESAI

Semoga naskah drama ini bermanfaat untuk anda yang memerlukannya. Read the full story »